Jakarta, 30 Oktober 2023 - Fenomena El Nino telah menjadi perhatian global dalam beberapa tahun terakhir, dan dampaknya semakin nyata di Indonesia. Pada tanggal 31 Agustus 2023, dalam acara Rakornas Pengendalian Inflasi, Presiden Joko Widodo menyampaikan kekhawatiran tentang krisis pangan yang semakin dekat akibat El Nino dan pembatasan ekspor produk pangan. El Nino mempengaruhi pola iklim dan curah hujan di Indonesia, menyebabkan musim kemarau yang panjang dan kekeringan ekstrim di beberapa wilayah. Selain itu, banyak negara pengekspor pangan juga telah membatasi ekspor mereka untuk menjaga pasokan dalam negeri, yang semakin meningkatkan risiko krisis pangan.
Pada kesempatan Focus Group Discussion (FGD)/Round Table Discussion (RTD) Wantannas bertajuk "Antisipasi dan Penanggulangan Krisis Pangan Akibat El Nino dan Pembatasan Ekspor Produk Pangan", Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyampaikan bahwa kondisi iklim dan cuaca di Indonesia sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. El Nino, sebagai salah satu dampak dari suhu laut yang lebih hangat di Samudera Pasifik, mempengaruhi pola curah hujan di Indonesia. Ketika El Nino aktif, Indonesia mengalami musim kemarau yang panjang, mengakibatkan kekeringan dan kurangnya pasokan air.
Selama tahun 2020, 2021, dan 2022, Indonesia mengalami musim kemarau yang diwarnai oleh fenomena La Nina, yang sebaliknya menghasilkan curah hujan yang tinggi. Namun, saat ini, kondisi El Nino yang sedang berlangsung menyebabkan peningkatan kekeringan di beberapa wilayah di Indonesia. Dampak lain dari El Nino adalah peningkatan suhu permukaan laut di Samudera Hindia, terutama di sebelah timur Afrika, yang mengakibatkan awan hujan lebih banyak terbentuk di wilayah tersebut daripada di Indonesia. Sebagai akibatnya, curah hujan di Indonesia menjadi minim.
"Meskipun saat ini El Nino masih cukup kuat, BMKG memprediksi bahwa fenomena ini akan melemah dan berakhir pada awal tahun 2024. Ini akan diikuti oleh musim hujan yang meningkat, dengan curah hujan di atas normal, terutama pada Januari dan Februari," imbuh Dwikorita.
Harapan bahwa kekeringan yang sedang berlangsung akan segera mereda. Disisi lain, Dwikorita juga mengingatkan bahwa ketika musim hujan tiba, potensi banjir, longsor, dan banjir bandang meningkat. Oleh karena itu, stakeholder terkait harus mengantisipasi dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengelola situasi ini. BMKG juga telah bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk memantau dan mengendalikan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang mungkin terjadi bersamaan dengan musim hujan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu mengurangi dampak El Nino dan meminimalkan krisis pangan di masa depan.
"Pentingnya upaya antisipasi dan solusi penanggulangan krisis pangan akibat El Nino dan pembatasan ekspor produk pangan menjadi sorotan utama. Dalam konteks ini, pemerintah Indonesia diharapkan untuk memantau perkembangan El Nino dengan seksama dan mengambil langkah-langkah strategis guna memastikan ketahanan pangan serta mengurangi risiko krisis pangan yang dapat muncul di masa depan," pungkasnya.