GUNUNGKIDUL (24 Agustus 2020) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggelar roadshow Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Setelah Kecamatan Rongkop dan Ponjong, maka kali ini giliran Kecamatan Gedangsari yang menjadi lokasi ketiga diselenggarakannya SLI Operasional. Target pelaksanaan SLI kali ini adalah Kelompok Tani Sumber Rejeki Dukuh Buyutan, Kelurahan Ngalang dengan lahan komoditas padi dan kacang.
SLI Operasional merupakan sebuah konsep baru dari BMKG dalam mengawal produktivitas pertanian. Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Mlati, Sleman, DIY, Reni Kraningtyas menyampaikan kegiatan ini bertujuan memasyarakatkan SLI langsung kepada Kelompok Tani sebagai upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait informasi cuaca dan iklim, sehingga dapat menjadi langkah adaptasi terhadap usaha pertanian.
Saat membuka kegiatan SLI Operasional di Kecamatan Gedangsari, Senin (24/8), Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mencontohkan keberhasilan program SLI Operasional di Temanggung dalam membantu petani bawang merah. Dengan pemanfaatan informasi iklim yang tepat, waktu tanam dapat disesuaikan sehingga membuahkan keuntungan saat masa panen.
"Saat itu dengan pendampingan dari petugas kami, waktu tanam dimundurkan dari yang biasanya bulan Februari menjadi bulan Maret. Dan panennya pun mundur satu bulan. Keuntungannya adalah saat mereka panen, pesaingnya sudah tidak ada. Stok bawang merah di tempat lain sudah habis, akhirnya mereka memperoleh harga jual hasil panen yang tinggi.," ungkap Dwikorita
Menurut Dwikorita, petani yang didampingi BMKG di Temanggung yg mundur waktu tanam dan panennya tersebut dapat memperoleh harga jual yang biasanya Rp 13.000 sampai Rp 14.000 per kilogram, menjadi Rp 22.000 hingga Rp 23.000 per kilogram. Bahkan mereka bisa mengupah buruh tani sebesar Rp 100.000 per hari. Tentu saja hal ini sangat dirasakan manfaatnya, terlebih di saat kondisi pandemi seperti ini.
Tidak hanya itu, pemanfaatan informasi peringatan dini cuaca ekstrem oleh petani bawang merah yang diperoleh dari WA Grup SLI ataupun dari aplikasi mobile phone infoBMKG dapat menghindarkan petani dari ancaman gagal panen.
"Saat itu terjadi cuaca ekstrem satu kali menjelang panen di bulan Juni, yaitu hujan lebat yang bisa saja mengakibatkan gagal panen. Namun karena saat itu petani sudah tahu dari prakiraan cuaca BMKG bahwa akan terjadi hujan, maka mereka sudah bersiap-siap. Begitu selesai hujan, daun-daun bawang merah itu segera disiram dengan air untuk menghilangkan sisa-sisa air hujan yang bersifat asam yang bisa merusak tanaman bawang merah. Sehingga tanaman tetap hidup sampai panen," kata Dwikorita.
Melalui SLI Operasional, BMKG mengajak seluruh pihak terkait untuk bersama-sama memahami cuaca dan iklim dengan berbagai cara. Menurut Dwikorita, pemahaman informasi iklim dan cuaca bagi petani akan menjadi faktor penting untuk menjaga stabilitas produksi pertanian.
"Dengan memahami informasi cuaca dan iklim yang dikeluarkan oleh BMKG, bapak ibu dapat memutuskan jenis dan pola tanam, serta kapan harus mulai tanam. Jika kita tahu seminggu lagi sudah masuk hujan kita bisa memutuskan, kalau kita tahu ini masih musim kering terus kita juga bisa memutuskan, langkah apa yang segera harus dilakukan," jelas Dwikorita.
Dengan menggunakan informasi yang tersedia di aplikasi mobile maupun media sosial BMKG, Dwikorita menjamin petani dan petugas penyuluh pertanian dapat memperoleh informasi cuaca dan iklim dari BMKG secara realtime dan kontinyu.
"Jadi mohon bapak ibu bisa sering memonitor infoBMKG baik dari aplikasi mobile ataupun dari media sosial kami. Di situ ada informasi-informasi rutin cuaca sampai tujuh hari ke depan, khususnya informasi potensi hujan, suhu dan kelembaban udara, maupun informasi kecepatan dan arah angin. Karena ada beberapa tanaman yang sangat sensitif dengan kecepatan angin," imbuhnya.
Bupati Gunungkidul Hj. Badingah yang berkesempatan hadir dalam acara pembukaan menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada BMKG atas penyelenggaraan SLI Operasional di Kab. Gunungkidul. Menurutnya, saat ini kearifan lokal atau yang disebut pranoto mongso sudah kurang efektif digunakan karena fenomena perubahan iklim.
"Untuk itu kegiatan SLI ini saya rasa akan sangat efektif sekali dalam meningkatkan kualitas SDM petani maupun penyuluh. Saya mohon kepada peserta agar dapat mengikuti kegiatan dengan antusias dan tuntas karena akan memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam meningkatkan usaha tani di Gunungkidul, khususnya di Gedangsari," kata Bupati Gunungkidul.
Dalam kegiatan ini, hadir secara langsung Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kab. Gunungkidul, Kepala Stasiun Klimatologi Sleman, dan perangkat di lingkungan Kecamatan Gedangsari. Turut hadir secara virtual Deputi Bidang Klimatologi serta seluruh Stasiun Klimatologi BMKG di Indonesia.
Bagian Hubungan Masyarakat
Biro Hukum dan Organisasi
Instagram: @InfoBMKG
Twitter: @InfoBMKG @InfohumasBMKG
Facebook: InfoBMKG
YouTube: InfoBMKG