Cuaca Terik di Masa Peralihan: Tetap Waspada Terhadap Potensi Cuaca Ekstrem
Dalam beberapa hari terakhir, beberapa wilayah di Indonesia mengalami cuaca yang cukup terik, hal ini merupakan ciri khas masa peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Kondisi terik ini umumnya terjadi di pagi hingga siang hari, diikuti potensi hujan pada sore hingga malam. Pada masa peralihan ini, hujan seringkali bersifat tidak merata, dengan intensitas yang bisa cukup lebat dalam waktu singkat. Ketika atmosfer tidak stabil, kemungkinan terbentuknya awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat. Awan CB sering kali berhubungan dengan cuaca ekstrem seperti kilat, petir, angin kencang, hingga hujan es.
Menghadapi cuaca terik yang masih terjadi dalam beberapa hari ke depan, masyarakat diharapkan tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, terutama hujan singkat dengan intensitas tinggi yang dapat disertai kilat, petir, dan angin kencang.
Informasi Umum
Analisis dan pantauan BMKG bahwa dalam sepekan terakhir curah hujan di beberapa wilayah Indonesia masih cukup tinggi pada sepekan terakhir. Tercatat hujan dengan intensitas ekstrem (>150 mm/hari), sangat lebat (100-150 mm/hari) dan lebat (50-100 mm/hari) terjadi pada tanggal 27 September di Stasiun Meteorologi Kalimarau Kalimantan Timur (111 mm/hari), tanggal 29 September 2024 di Stasiun Meteorologi Gamar Malamo Maluku Utara (144 mm/hari), Stasiun Meteorologi Nangapinoh Kalimantan Barat (140 mm/hari), Stasiun Meteorologi Minangkabau Sumatera Barat (102 mm/hari), Stasiun Meteorologi Supadio (92 mm/hari), dan Stasiun Meteorologi SAMS Kalimantan Timur (64 mm/hari), tanggal 30 September 2024 di Stasiun Meteorologi Domine Eduard Osok Papua Barat Daya (66 mm/hari) dan Stasiun Meteorologi Amahai Maluku (51 mm/hari), tanggal 1 Oktober 2024 di Stasiun Meteorologi Torea Papua Barat (168 mm/hari), Stasiun Meteorologi Pangsuma Kalimantan Barat (67 mm/hari), Stasiun Meteorologi Sultan Babullah Maluku Utara (67 mm/hari), dan Stasiun Meteorologi Rahadi Oesman Kalimantan Barat (65 mm/hari), serta tanggal 2 Oktober 2024 di Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Jawa Tengah (86 mm/hari), Stasiun Meteorologi Iskandar Kalimantan Tengah (70 mm/hari), dan Stasiun Meteorologi Enarotali Papua Tengah (50 mm/hari).
Kondisi Dinamika Atmosfer Terkini
Dalam skala global, nilai IOD, SOI, dan Nino 3.4 tidak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia. MJO berada pada fase 1 (West Hemisphere and Africa) yang menunjukkan tidak berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. Aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial diprakirakan aktif di wilayah Sumatra bagian utara hingga tengah, Kalimantan Barat, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua Barat dalam sepekan ke depan. Sementara untuk aktivitas gelombang atmosfer Kelvin terpantau di sebagian besar Sumatra kecuali Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi Utara, dan Papua Barat Daya untuk sepekan kedepan. Faktor-faktor ini mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah-wilayah tersebut.
Sirkulasi siklonik terpantau di Samudra Pasifik Timur Filipina, dan di Samudra Pasifik Timur Laut Papua yang membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang dari Samudra Pasifik Timur Filipina hingga Perairan Timur Filipina. daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di Selat Malaka, di Laut Natuna, di Sumatra Bagian Selatan, di Pesisir Utara Jawa Bagian Barat, di Laut Jawa, di Selat Malaka Bagian Selatan, di Kalimanan Tengah, dari Kalimantan Timur hingga Kalimantan Utara, di Laut Banda, di Pulau Seram, di Laut Seram, di Laut Aru, di Papua Pegunungan, di Papua Selatan, dan di Samudra PasifiK Utara Papua Barat. Daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau di Samudra Hindia Barat Laut Aceh, Selat Malaka, Laut Natuna, Laut Cina Selatan, Selat Makassar, dan Samudra Pasifik Timur Filipina. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar daerah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah yang dilewati konvergensi/konfluensi tersebut.
Labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Peringatan Dini
Secara umum, kombinasi fenomena-fenomena cuaca tersebut diprakirakan menimbulkan potensi cuaca signifikan dalam periode 4 - 10 Oktober 2024, berupa:
Potensi Hujan sedang - lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di:
Potensi Angin Kencang di:
Imbauan
Dengan adanya potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia, maka masyarakat diimbau untuk:
Catatan:
Informasi ini telah melalui proses penyuntingan dan pembaruan tanggal 3 Oktober 2024, 15.45 WIB.
Jakarta, 3 Oktober 2024
Pusat Meteorologi Publik BMKG
- Klik tautan ini jika PDF di atas tidak muncul.