Perkembangan Terkini Teknologi Modifikasi Cuaca, Upaya BMKG untuk Tingkatkan Kualitas Layanan

  • Kholis Nur Cahyo
  • 29 Apr 2024
Perkembangan Terkini Teknologi Modifikasi Cuaca, Upaya BMKG untuk Tingkatkan Kualitas Layanan

Jakarta, 29 April 2024 - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Kedeputian Bidang Modifikasi Cuaca mengadakan Partner Gathering dengan tema "Memperkokoh Ekosistem Modifikasi Cuaca Untuk Melompatkan Kualitas dan Kuantitas Layanan Modifikasi Cuaca yang Berkeadilan". Partner Gathering ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai lembaga pemerintah, industri, dan akademisi. Acara dibuka dengan sambutan oleh Dwikorita Karnawati sebagai Kepala BMKG dan Tri Handoko Seto sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca.

Partner Gathering ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai lembaga pemerintah, industri dan akademisi. Di dalam acara tersebut, Dwikorita Karnawati menyampaikan materi mengenai amanah perserikatan bangsa-bangsa dan badan meteorologi dunia. "Early warning and early action untuk mewujudkan 100% komunitas yang terpapar risiko bencana hidrometeorologi terlindungi oleh peringatan dini dan siap melakukan aksi dini dalam waktu 5 tahun ke depan sejak tahun 2022," ujar Dwikorita.

Perlunya adaptasi terhadap perubahan iklim global, di mana prediksi cuaca semakin sulit dan intensitasnya meningkat. Seto menggarisbawahi bahwa layanan modifikasi cuaca menjadi penopang transformasi ekonomi berkelanjutan. Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) menjadi upaya manusia dalam mengendalikan sumber daya air di atmosfer untuk meminimalkan risiko bencana hidrologi.

Operasi Modifikasi Cuaca juga disorot sebagai langkah preventif untuk mencegah terjadinya bencana hidrometeorologi. Dia menjelaskan tujuan pelaksanaan TMC, sejarah singkat, dan manfaatnya. Dalam pemaparannya, Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) membahas lima topik, termasuk kebijakan belanja APBN 2025, pagu dan realisasi anggaran BMKG, kegiatan prioritas BMKG, dan isu strategis yang dihadapi BMKG.

Terdapat pula pemaparan dari Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas mengenai dukungan teknologi modifikasi cuaca dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045, serta pedoman penataan organisasi dari PANRB.

Selain itu, tanggapan dari berbagai stakeholder juga menjadi bagian penting dalam pertemuan ini. Dalam sesi diskusi, membahas berbagai isu terkait dengan perkembangan teknologi modifikasi cuaca, regulasi, serta tantangan yang dihadapi dalam implementasinya. Praktisi juga berbagi pandangan mengenai layanan modifikasi cuaca dapat diakses secara merata oleh semua pihak, termasuk masyarakat pedesaan dan daerah terpencil.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024