Pemanfaatan unsur iklim sebagai acuan dalam perawatan tanaman di tingkat petani masih sangat kurang, padahal unsur iklim merupakan faktor penting dalam menentukan tindakan perawatan tanaman. BMKG menciptakan sebuah metode pembelajaran Sekolah Lapang Iklim untuk meningkatkan kemampuan petani dalam pemanfaatan data iklim yang mampu meningkatkan hasil tanaman melalui pemantauan cuaca lokal dan penentukan tindakan perawatan setelah evaluasi pengamatan agroekosistem yang diperoleh setiap sepuluh hari (per dasarian). Sekolah Lapang Iklim Tahap III dilaksanakan di Desa Wonosari Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dengan komoditas jagung varietas P-35.
Disamping perawatan yang intensif dari hasil evaluasi per dasarian, Penerapan konsep Sekolah Lapang Iklim Tahap III yang dilaksanakan oleh BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika)Tingkat I kali ini juga berkerjasama dengan Universitas Sebelas Maret dalam program KKN (Kuliah Kerja Nyata), sehingga dalam penerapan di lapangan, konsep budidaya yang diterapkan digandengkan dengan penelitian, sehingga terdapat beberapa perlakuan pupuk yang bertujuan untuk mengetahui dosis dan kombinasi pupuk yang tepat di lahan Desa Wonosari Kecamatan Gondangrejo yang diimplementasikan Sekolah Lapang Iklim terhadap hasil, kadar lengas, pertumbuhan tanaman jagung hibrida varietas P35.
Hasil akhir dari SLI ini adalah:
Kepala BMKG, Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng dalam sambutannya menyampaikan bahwa SLI tahap 3 KKN Tematik ini merupakan yang pertama di Indonesia bahkan pertama di dunia yang bekerjasama dengan perguruan tinggi. KBMKG juga menyatakan ada lima pilar yang bisa diajak untuk meningkatkan kemelek hurufan berkaitan dengan iklim. Lima pilar tersebut adalah Pemerintah, Perusahaan Swasta, Masyarakat, Perguruan Tinggi dan Media.
Acara penutupan SLI di Karanganyar ini juga dihadiri oleh Bupati Karang Anyar serta Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.