Kepala BMKG Mewisuda Lulusan Sarjana Terapan STMKG Tahun 2020

  • Hatif Thirafi
  • 23 Okt 2020
Kepala BMKG Mewisuda Lulusan Sarjana Terapan STMKG Tahun 2020

Jakarta - Kepala BMKG Prof. Dwikorita Karnawati secara resmi mewisuda taruna lulusan Diploma IV Sarjana Terapan Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jum'at (23/10). Prosesi Wisuda Sarjana Terapan dilaksanakan secara virtual melalui media Zoom Meeting dan disiarkan secara live di kanal youtube STMKG Official.

Wisuda Sarjana Terapan ini diikuti sebanyak 211 orang taruna/i angkatan 2014 dan 256 orang taruna/i angkatan 2016 yang terbagi menjadi 4 program studi yaitu Program Studi Meteorologi, Program Studi Klimatologi, Program Studi Geofisika, dan Program Studi Instrumentasi. Selain itu, terdapat tujuh taruna tugas belajar BMKG dan lima tugas belajar dari TNI AU pada program studi Meteorologi dan satu taruna tugas belajar BMKG program studi Geofisika di angkatan 2016. Masing-masing wisudawan dan wisudawati berhak menyandang gelar Sarjana Terapan (S.Tr) di bidang Meteorologi, Klimatologi, Geofisika, dan Instrumentasi MKG.

Prof. Dwikorita Karnawati mengaku sangat bangga dan bersyukur akan kelulusan tahun ini. Dwikorita berharap lulusan STMKG tahun ini benar-benar bekerja dengan sungguh-sungguh dalam melayani masyarakat dan menempatkan mindset sebagai warga masyarakat yang melindungi rakyat dari bencana.

"Meskipun selama pendidikan anda semua digembleng & dididik untuk memahami meteorologi, klimatologi dan geofisika dengan ilmu sains, namun jangan lupa bahwa kita bekerja melayani masyarakat, sesuai dengan tugas dan fungsi BMKG menyediakan layanan informasi MKG untuk berbagai sektor tidak hanya untuk kebencanaan. Sehingga mohon nanti anda bekerja dengan sungguh-sungguh melayani agar informasi tsb sampai ke masyarakat dengan cepat & akurat, dengan bahasa yang benar-benar mudah dipahami masyarakat," pesan Dwikorita.

Kepala BMKG juga menyampaikan agar tidak berkecil hati bagi yang ditugaskan di wilayah terpencil. Menurutnya, itu tidak lantas menjadikan patah semangat dan menghambat pengembangan diri.

"Bagi lulusan yang ditempatkan di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), janganlah merasa terbuang karena sesungguhnya disitulah akan terlahir pioneer survival yang sangat cermat dalam menghadapi berbagai tantangan alam," lanjutnya.

Terakhir, Kepala BMKG mengucapkan selamat bertugas untuk lulusan Sarjana Terapan tahun ini.

"Cermatlah dalam bertugas. Jadikanlah tantangan ke depan sebagai peluang untuk membangun inovasi. Janganlah gentar dalam bersaing. Dengan tekad kuat dan tenaga muda pioneer, BMKG akan mampu melompat untuk membangun negara dan bangsa Indonesia yang selamat dan sejahtera," tutup Dwikorita.

Pada wisuda tahun ini, lulusan terbaik angkatan 2014 diraih oleh Anistia Malinda Hidayat dengan IPK 3,83 dari Program Studi Meteorologi asal Mojokerto, Jawa Timur. Sedangkan untuk angkatan 2016, lulusan terbaik diraih oleh Ilham Fajar Putra Perdana dengan IPK 3,87 dari Program Studi Meteorologi asal Banjarnegara, Jawa Tengah.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024