Jakarta - Kamis (27/9), Dalam rangka memperingati 1 (satu) tahun peristiwa tsunami Palu, BMKG bersama Kementrian/Lembaga lain yaitu Kemenkomar, Kemenristek Dikti, BNPB, serta lembaga Internasional UNESCO-IOC, IORA, UNDRR, GIZ, JICA, dan Ikatan Ahli Tsunami Indonesia menyelenggarakan International Symposium on The Lessons Learnt from The 2018 Tsunamis in Palu and Sunda Strait.
Kepala BMKG Prof. Dwikorita Karnawati, M.SC. P.hD yang juga sekaligus menjabat sebagai Chairperson of Inter-Governmental Coordination Group for Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System (ICG/IOTWMS) membuka kegiatan simposium internasional di Auditorium BMKG.
Dalam sambutan pembukanya Dwikorita menjelaskan "tujuan diselenggarakannnya simposium ini adalah untuk membagikan secara luas hasil temuan lapangan hasil survei paska tsunami Palu yang dikoordinasikan UNESCO IOC melalui International Tsunami Survey Team (ITST)".
Lebih lanjut Dwikorita menambahkan hasil "survey yang dilakukan oleh 7 Team Internasional terdiri dari 87 Peneliti dari 18 Negara ini pada tahun 2018 mengenai karakteristik dan dampak tsunami yang dilakuan ini dapat menjadi pembelajaran yang berharga bagi berbagai pihak, sebagai contoh dapat menjadi masukan untuk perencanaan wilayah, usaha peningkatan sistem peringatan dini, dan langkah langkah penguatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kemungkinan bencana", ujarnya.
Maka dengan itu ditegaskan kembali "bahwa science dan teknologi harus terus ditingkatkan, terutama science tentang tsunami yang terus berkembang, sehingga melalui simposium internasional para pakar dari berbagai belahan dunia serta Indonesia berkumpul untuk melakukan hasil - hasil investigasi dari kejadian tsunami, yang akhirnya ditemukan formula baru untuk penerapan ke depannya dalam peningkatan sistem peringatan dini tsunami yang ada di seluruh dunia", ujar Dwikorita di hadapan pers.
Pada kesempatan yang sama di hadapan pers, Prof. Shahbaz Khan perwakilan dari UNOESCO memaparkan "Indonesia adalah negara yang hebat, UNESCO bekerjasama dengan IOC bersama dengan para pakar dari belahan dunia akan terus berusaha membantu Indonesia untuk memiliki tingkat ketahanan terhadap bencana, dengan letaknya yang berada di Ring Of Fire, sehingga ke depannya Indonesia tetap bisa mempertahankan pertumbuhan ekonominya dan bersahabat dengan bencana".
Perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Dr. Rahmat Hidayat dalam keterangan bersama di hadapan pers menambahkan "dari kejadian tusnami yang melanda Palu dan Selat sunda beberapa waktu lampau membuat kita sadar akan perkembangan IPTEK itu sebagai sebuah keniscayaan yang terus mengalami perkembangan. 2 kejadian tersebut memang sampai saat itu terjadi belum termasuk dalam kategori peringatan dini yang dimiliki oleh Indonesia, belajar dari pengalaman tersebut maka melalui simposium yang dihadiri para pakar - pakar gempabumi dan tsunami bisa dihasilkan sebuah kesepakatan dalam hal mitigasi dan evakuasi yang merupakan faktor penting apabila terjadi bencana, sehingga masyarakat ke depannya lebih melek teknologi dan bersahabat dengan bencana, tutur Rahmat".
Simsposium ini diikuti hampir mencapai 300 dari 24 Negara. 34 pembicara mempresentasikan hasil penelitiannya. Selait dari itu akan ada pameran dari 26 poster dan 30 foto yang menggambarkan dampak kejadian tsunami di Palu dan Selat Sunda.