BANTEN (8 Februari 2022) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti Pemerintah Provinsi Banten terkait ancaman gempa bumi dan tsunami yang berpotensi menghantam wilayah Banten. Salah satu wilayah yang memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana gempabumi dan tsunami adalah Kota Cilegon.
"Letak Cilegon yang berada di ujung barat pulau Jawa, di tepi Selat Sunda selain strategis juga menyimpan potensi bahaya yang cukup besar jika sewaktu-waktu terjadi gempabumi dan tsunami," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat melakukan audiensi dengan Gubernur Banten, Wahidin Halim di Rumah Dinas Gubernur Banten, baru-baru ini.
Dwikorita mengatakan, selama ini Cilegon dikenal sebagai kota industri lantaran banyaknya industri di kota tersebut. Selain itu, kata dia, di Cilegon juga terdapat berbagai macam objek vital negara antara lain Pelabuhan Merak, Pelabuhan Cigading Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel, PLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant, (Rencana Lot) Pembangunan Jembatan Selat Sunda dan (Rencana Lot) Kawasan Industri Berikat Selat Sunda.
Apabila terjadi gempabumi kuat yang diikuti tsunami, lanjut Dwikorita, maka Kawasan Industri Cilegon ini menyimpan potensi bahaya berupa bencana kegagalan teknologi yang dapat menimbulkan kerugian berupa kerusakan infrastruktur, lingkungan, maupun cidera, penyakit bahkan kematian pada manusia.
"Artinya, ada multi ancaman yang membahayakan masyarakat Kota Cilegon dan sekitarnya saat terjadi gempabumi kuat yang diikuti tsunami," tuturnya.
Dwikorita menerangkan, sekurang-kurangnya terdapat 4 sumber potensi gempa bumi dan tsunami di area tersebut yaitu Zona Megathrust berstatus rawan gempa bumi dan tsunami ; Zona Sesar Mentawai, Semangko, dan Ujung Kulon berstatus rawan gempa bumi dan tsunami ; Zona Graben Selat Sunda berstatus rawan longsor dasar laut, dan Gunung Anak Krakatau yang mana jika terjadi erupsi juga dapat memicu tsunami.
Berdasarkan pemodelan yang dilakukan BMKG, lanjut Dwikorita, jika gempa terjadi di Zona Megathrust Selat Sunda, maka terdapat potensi kekuatan gempa hingga mencapai magnitudo 8,7. Diperkirakan kawasan Cilegon akan terdampak dengan tingkat intensitas guncangan VI-VII MMI, yang dapat menimbulkan kerusakan ringan, sedang hingga berat
Sementara dengan kekuatan maksimum 8.7 tersebut, maka potensi genangan tertinggi diperkirakan mencapai 8,28 m yaitu di sekitar kawasan Pelabuhan Merak (Kota Cilegon). Hal ini dikarenakan posisi pelabuhan yang berada pada Teluk yang menghadap celah sempit (selat) berseberangan dengan Pulau Merak Besar, yang memungkinkan terjadinya amplifikasi/ penguatan gelombang tsunami di lokasi tersebut. Adapun genangan tsunami diperkirakan mencapai jarak maksimum sekitar ± 1,5 km dari tepi pantai di Kelurahan Tegalratu, Kecamatan Ciwandan dan Kelurahan Warnasari, Kecamatan Citangkil di Kota Cilegon, yang merupakan kawasan yang landai.
"Bencana ikutan akibat gempabumi dan tsunami juga berpotensi terjadi di kawasan industri Cilegon, berupa kebakaran, sebaran zat kimia yang berbahaya, ledakan akibat bahan kimia, ataupun tumpahan minyak," imbuhnya.
Maka dari itu, tambah dia, BMKG merekomendasikan kepada Pemerintah Provinsi Banten untuk segera membangun dan memperkuat sistem mitigasi gempabumi dan tsunami melalui upaya penyiapan sarana evakuasi (sirine, jalur, rambu, tempat evakuasi), command center, serta edukasi dan latihan rutin untuk seluruh masyarakat, pengelola industri dan pariwisata.
Menurutnya, Pemprov Banten juga harus membangun sarana penyebarluasan informasi secara cepat (misal: jaringan radio dan jaringan komunikasi lainnya), serta menyiapkan peralatan untuk mendapatkan akses langsung informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami dari BMKG.
"Perlu juga segera disusun SOP Bersama, yang melibatkan seluruh elemen/ pihak (Pemerintah Daerah, Industri, Rumah Sakit dan Pariwisata), untuk dapat melakukan respon cepat, mengingat potensi bahaya ikutan di kawasan strategis Cilegon sangat tinggi," terangnya.
Sementara untuk meminimalisir risiko korban jiwa, maka Pemprov Banten harus secara terus menerus dan seluas-luasnya menyebarluaskan informasi kerawanan dan kewaspadaan terhadap risiko gempabumi dan tsunami, serta ancaman ikutannya kepada seluruh pihak/ elemen dan masyarakat di Kawasan Strategis Cilegon.
"Masyarakat harus dilatih, utamanya yang berada di kawasan pantai dan pelabuhan. Tidak bisa sekali, tapi harus berkali-kali secara berkelanjutan. Dengan begitu, jika sewaktu-waktu terjadi bencana, mereka siap dengan berbagai skenario yang telah disusun sebelumnya," tegasnya. (*)