Membangun Sistem Kolaborasi Antar Gender untuk Peradaban Bangsa Indonesia

  • Dwi Herlambang Ade Putra
  • 09 Mei 2024
Membangun Sistem Kolaborasi Antar Gender untuk Peradaban Bangsa Indonesia

Yogyakarta, 8 Mei 2024. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan dalam menjawab tantangan, sebuah bangsa dan peradaban yang maju harus melahirkan sistem kolaborasi antar gender. Di mana gender balance adalah pemahaman untuk menyetarakan posisi antara laki-laki dan perempuan sehingga tidak ada yang lebih dominan dan inverior.

"Selamat mewujudkan gender balance, gender empowerment, menunjukkan team work karena tanpa kerjasama kita akan terpecah belah. Bagaimana kita melahirkan sistem kolaborasi antar gender di BMKG agar impact-nya dahsyat," kata Dwikorita dalam Gender Action di Rakornas BMKG Tahun 2024, The Alana Hotel, Yogyakarta, Rabu (8/5).

Mengutip buku 'A Prince in a Republic', Dwikorita menjelaskan seyogianya bangsa Indonesia pernah memiliki sejarah di mana kesetaraan dan kolaborasi antar gender mampu membawa kemerdekaan bagi bangsa ini.

Dikisahkan dalam buku tersebut, Sri Sultan Hamengkubuwono VIII--ayah Sri Sultan Hemangkubuwono IX memimpikan Indonesia merdeka. Saat itu, Sri Sultan ke VIII mempelajari pola kerberhasilan Belanda yang berhasil mengalahkan rakyat Aceh dengan mempelajari karakter dan kebudayaan yang ada.

Oleh karenanya, Sri Sultan ke VIII menyadari bahwa pendidikan adalah sebuah hal penting dan selanjutnya mengirim anaknya Sri Sultan ke-IX dan permaisurinya bersepekat mengirimkan putra mahkota yang baru berusia empat tahun untuk belajar ke Belanda sejak taman kanak-kanak hingga kuliah. Atas dasar itulah Sri Sultan ke IX belajar tentang kehidupan, karakter, dan budaya masyarakat Belanda.

"Dan pada saat itu yang menyelamatkan Soekarno adalah Sri Sultan. Kenapa? Selama Sri Sultan ke-IX berada di dekat Soekarno maka Belanda tidak akan berani," ujarya.

Pun, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menilai pendidikan dan universitas menjadi tonggak sejarah untuk menunjukkan kemerdekaan Indonesia di mata dunia. Atas dasar kematangan pendidikan, kecerdasan spiritual, dan emosional selama menimba pendidikan tersebutlah membuat dirinya menyulap pendopo Keraton Yogyakarta menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk rakyat Indonesia.

"Filosofinya, kita tidak akan pernah mengalahkan suatu bangsa kalau tidak paham budaya. Kalau tidak ada kolaborasi antar Raja dan Permaisurinya karena nggak mau pisah sama anaknya mungkin ini tidak terjadi. Tapi bagaimana harmonisasi, sinergi, dan kolaborasi antara pria dan wanita dan itu mencetak sejarah baru suatu bangsa lahir di dunia yaitu Indonesia," ujarnya.

"Impactnya A Prince in a Republic' jadi di harapkan antara pria dan wanita ada kesepahaman, kolaborasi dalam mencapai tujuan bersama dan ini bisa diterapkan di BMKG sehingga apa yang dicita-citakan visi-misi bisa tercapai," lanjutnya.

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG Nelly Florida Riama menjelaskan berdasarkan survei internal BMKG, sebanyak 87% responden setuju bahwa tidak ada perbedaan perlakukan dalam perkembangan karier, 89% sangat setuju bahwa tidak ada perbedaan perlakuan dalam pengembangan kompetensi, 79% sangat setuju bahwa tidak ada perbedaan perlakuan dalam dukungan keseimbangan kerja, dan 19% sangat setuju bahwa pengambilan keputusan di BMKG berbasis gender.

Survei ini melibatkan sebanyak 590 responden pegawai BMKG di seluruh Indonesia. Sebagaimana diketahui manusia memiliki peran penting dalam early warning. Sistem peringatan dini yang tepat juga mempertimbangkan demografi, gender, budaya, dan sosio-ekonomi.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024