BMKG Bangun Ekosistem Modifikasi Cuaca untuk Kurangi Dampak Bencana Hidrometeorologi

  • Dwi Herlambang Ade Putra
  • 20 Nov 2024
   BMKG Bangun Ekosistem Modifikasi Cuaca untuk Kurangi Dampak Bencana Hidrometeorologi

Samarinda, 20 November 2024 - Deputi Bidang Modifikasi Cuaca, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tri Handoko Seto menekankan pentingnya pemanfaatan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan.

Hal ini disampaikan Seto pada Focus Group Discussion (FGD) bertema "Peranan Operasi Modifikasi Cuaca dalam Mitigasi Bencana Hidrometeorologi dan Manajemen Sumber Daya Air". Kegiatan ini berlangsung di Hotel Swiss-Belhotel Samarinda dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan yang melibatkan Pemerintah Daerah, akademisi, serta pelaku usaha pertambangan di Provinsi Kalimantan Timur.

"FGD ini menjadi momentum penting untuk memperluas wawasan pemangku kepentingan mengenai tata kelola dan manfaat teknologi modifikasi cuaca. Dengan posisi strategisnya saat ini karena keberadaan Ibu Kota Nusantara, Provinsi Kalimantan Timur membutuhkan pendekatan yang komprehensif dalam pengelolaan bencana hidrometeorologi maupun pengelola sumberdaya air untuk memenuhi kebutuhan air baku" kata Seto, Rabu (20/11).

Sementara itu, Plt. Direktur Operasional Modifikasi Cuaca Endarwin menjelaskan hasil pelaksanaan OMC di berbagai lokasi yang telah memberikan dampak positif di setiap pelaksanaannya. Di Kalimantan Timur, OMC dilakukan untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur yang sempat terkendala curah hujan tinggi.

Selama periode bulan Juli hingga September, OMC telah berhasil mengurangi curah hujan dengan tingkat keberhasilan 94%. Dan pelaksanaan OMC yang dilaksanakan secara nonstop 24 jam menjadi yang pertamakalinya di dunia.

Plt. Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca, Budi Harsoyo menerangkan dengan peran barunya sebagai regulator penyelenggaraan modifikasi cuaca di Indonesia, BMKG saat ini sedang menyiapkan sejumlah regulasi dan NSPK yang akan mengatur pelaksanaan modifikasi cuaca di Indonesia, khususnya untuk mengelola layanan jasa modifikasi cuaca yang dikerjakan oleh operator modifikasi cuaca swasta yang sudah mulai tumbuh di Indonesia.

"Dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dan juga semakin meningkatnya permintaan layanan modifikasi cuaca dalam beberapa tahun terakhir, BMKG tidak mungkin mengerjakan semuanya sendiri. Perlu dukungan dari operator modifikasi cuaca, agar manfaat modifikasi cuaca dapat dirasakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia," ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Kalimantan Timur melalui sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Timur, menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan FGD ini. Dalam sambutannya, ia menegaskan OMC telah berperan besar dalam mitigasi bencana hidrometeorologi di wilayah Kalimantan Timur, termasuk mendukung pengisian Waduk Sepaku dan percepatan pembangunan infrastruktur Ibu Kota Nusantara.

"Kami berharap teknologi ini dapat terus dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan bencana dan pengelolaan sumber daya air di daerah kami," jelasnya.

Kalaksa BPBD Provinsi Kalimantan Timur, Agus Tiar menyatakan siap untuk mengimplementasikan OMC sebagai salah satu solusi nyata mitigasi bencana hidrometeorologi dan manajemen sumber daya air di wilayah Kalimantan Timur. Sementara dari pihak akademisi yang diwakili oleh civitas akademika Universitas Mulawarman dan Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda kompak menyatakan bahwa pihak kampus siap berperan dalam pengembangan teknologi modifikasi cuaca salah satunya sebagai corong sosialisasi kegiatan-kegiatan OMC yang dilaksanakan kepada masyarakat umum.

Pihak kampus juga berharap dapat dilibatkan secara aktif dalam kegiatan OMC yang dilaksanakan oleh BMKG, sambil tetap membuka ruang kerjasama dengan BMKG di daerah, yang dalam acara ini diwakili oleh kehadiran BMKG Stamet Sepinggan Balikpapan dan Stamet Temindung Samarinda.

Acara ini menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mendukung keberhasilan OMC. Selain itu, FGD ini menjadi ajang diskusi teknis antara regulator, akademisi, dan pelaku usaha untuk membahas peluang dan tantangan implementasi OMC di sektor lain, seperti pertambangan dan perkebunan.

FGD diakhiri dengan kesimpulan bahwa sinergi antara BMKG, pemerintah daerah, sektor swasta, serta akademisi sangat diperlukan untuk mewujudkan tumbuhnya ekosistem OMC yang akhirnya akan dapat meningkatkan ketahanan bencana serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional sesuai program astacita yang telah dicanangkan oleh Presiden RI. Dengan semangat kolaborasi pentahelix, BMKG optimistis ekosistem modifikasi cuaca akan terus berkembang, sejalan dengan visi pemerintah dalam mencapai Nexus Ketahanan Pangan, Energi, dan Air.

Gempabumi Terkini

  • 21 November 2024, 19:12:50 WIB
  • 5.4
  • 10 km
  • 2.12 LS - 139.15 BT
  • Pusat gempa berada di darat 53 km tenggara Sarmi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sarmi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di darat 53 km tenggara Sarmi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sarmi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers