Kolaborasi BMKG Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Timur dan Yayasan PIKUL Hadirkan Lokakarya Literasi Iklim 2024

  • HB Risya
  • 06 Jun 2024
Kolaborasi BMKG Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Timur dan Yayasan PIKUL Hadirkan Lokakarya Literasi Iklim 2024

Kupang, 29 Mei 2024 - Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang perubahan iklim, BMKG Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bersama Yayasan Pikul menginisiasi lokakarya Literasi Iklim 2024. Lokakarya ini mengusung tema, "Aksi Iklim: Menjaga Bumi, Menjaga masa depan" Tema ini berfokus pada upaya aplikatif iklim terhadap kreati?tas yang dimiliki oleh masyarakat, komunitas, tokoh agama dan kaum disabilitas membuat kita makin peduli terhadap perubahan iklim dan menjadikan kita semua untuk mau berpartisipasi dalam aksi yang nyata. Berlangsung sejak 29 Mei sampai 30 Mei 2024 kegiatan ini dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Ambrosius Kodo. Acara pembukaan kegiatan ini juga dihadiri oleh Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Pusat, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi NTT dan para KUPT BMKG Kupang.

Kepala Stasiun Klimatologi NTT, Rahmattulloh Adji, mengatakan Literasi Iklim bertujuan untuk memberikan edukasi dan informasi terkait Iklim dan perubahan-perubahannya kepada masyarakat NTT khususnya kepada komunitas kreatif, tokoh agama dan masyarakat lokal, ungkapnya yang juga sebagai Ketua Panitia Literasi Iklim 2024

Dalam laporan pembuka acara, Rahmatttulloh Adji turut menjelaskan latar belakang kegiatan ini, bahwa perubahan iklim telah menjadi salah satu isu paling mendesak yang dihadapi dunia saat ini. Pada 4 April 2021 yang lalu masyarakat Nusa Tenggara Timur tentu tidak akan pernah lupa tentang Siklon Seroja yang menyerang sebagian besar wilayah NTT, badai tersebut menyebabkan angin kencang, banjir, hingga gelombang laut yang mencapai tinggi 6 Meter, sehingga banyak masyarakat terdampak terutama nelayan dan petani. Bencana hidrometeorologi yang melanda Indonesia, tidak lepas dari akibat perubahan iklim yang terjadi saat ini di semua wilayah di dunia termasuk Indonesia," paparnya

Oleh karena itu BMKG NTT yang bekerjasama dengan PIKUL menginisiasi kegiatan literasi Iklim untuk memberikan edukasi dan informasi terkait Iklim dan perubahan-perubahannya kepada masyarakat NTT. Literasi iklim adalah wadah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan mendorong aksi iklim secara nyata.

Kegiatan Literasi Iklim ini diikuti oleh kelompok masyarakat, komunitas kreatif, tokoh agama dan kaum disabilitas sebanyak 50 peserta dan dilaksanakan selama 2 hari. Dengan rangkaian kegiatan antara lain pemaparan materi oleh narasumber baik dari BMKG maupun dari Pikul, diskusi kelompok, nonton film bersama, kunjungan ke hutan manggrove, hingga perencanaan mini project sebagai tindak lanjut dari Literasi Iklim. Nantinya BMKG NTT dan Pikul akan mendampingi para peserta dalam pelaksanaan mini project agar edukasi tentang perubahan iklim dapat menyasar ke masyarakat yang lebih luas lagi.

Pada hari kedua peserta menyambangi hutan mangrove Desa Tanah Merah di Kabupaten Kupang. Setelah sehari sebelumnya berkegiatan di Kantor DPD RI NTT, kini para peserta turun ke lapangan untuk berjumpa dan belajar langsung praktik baik masyarakat setempat dalam melakukan adaptasi perubahan iklim.

Dalam kegiatan hari kedua ini terdapat tiga sesi utama. Pertama, menonton film dokumenter "Climate Witness: Akar Pesisir" dan berdiskusi bersama para narasumber. Kedua, mendiskusikan penyebab dan solusi perubahan iklim serta merancang mini project. Ketiga, mengunjungi hutan mangrove dan mendapat penjelasan langsung dari Joni Messakh, nelayan dan pelestari mangrove Desa Tanah Merah. "Kegiatan ini sangat berkesan sekali karena semua komunitas bisa datang melihat langsung tempat ini. Teman-teman bisa belajar di sini dan bisa mengenalkan tempat ini kepada yang lain," ungkap Joni Mesakh. Ia juga berharap agar kegiatan Literasi Iklim tidak hanya pada tahun ini saja, tapi ke depannya bisa terus berlanjut.

"Menurut saya metode diskusi kelompok tadi sangat baik sekali karena terlebih dahulu dijelaskan cara menggunakan pohon masalah agar kita bisa mengidentifikasi masalah-masalah perubahan iklim di sekitar," ungkap Fitri Ayuningsi dari Forum PKBI NTT, menanggapi sesi diskusi dalam kelompok. "Selanjutnya, kita sekaligus mencari jalan keluar memakai metode tadi untuk menjawab keresahan kita sendiri. Mulai dari gejala masalah yang nampak sehari-hari. Kemudian kita mencari tahu penyebab dan akar masalahnya. Akhirnya, kita membuat mini project untuk menjawab keresahan tersebut. Dalam mini project, kita identifikasi tujuan, sasarannya, dan output kegiatannya" tambah Fitri.

Ketrin Kleing, salah seorang peserta dari Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Dalek Esa, begitu antusias mengikuti kegiatan ini. Baginya kegiatan ini sangat seru dan bermanfaat karena bisa mendapat pengetahuan baru sekaligus relasi baru. "Sebagai anak muda saya berharap agar para peserta setelah memahami isu perubahan iklim dengan baik, bisa menjadi agen yang mengampanyekan isu krisis iklim supaya membawa dampak perubahan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar" kata Ketrin yang juga seorang mahasiswa di Universitas Widya Mandira Kupang.

"Kegiatan Literasi Iklim tidak selesai dalam satu dua hari, tapi kita sangat berharap perlu aksi nyata dari para peserta untuk mengampanyekan isu perubahan iklim. Ketika mereka sudah paham mereka bisa membuat konten-konten menarik terkait isu ini di media sosial, karena bisa langsung menyentuh lapisan masyarakat," tutup Rahmattulloh Adji.

Gempabumi Terkini

  • 02 Juli 2024, 09:46:04 WIB
  • 5.4
  • 163 km
  • 6.25 LS - 130.21 BT
  • 226 km BaratLaut TANIMBAR
  • tidak berpotensi TSUNAMI
  • Selengkapnya →

Siaran Pers