Kapan Awal Musim Hujan 2018/2019 di Indonesia? BMKG Penuhi Kebutuhan Informasi Iklim untuk Masyarakat

  • Rachmat Hidayat
  • 24 Jul 2018
Kapan Awal Musim Hujan 2018/2019 di Indonesia? BMKG Penuhi Kebutuhan Informasi Iklim untuk Masyarakat

Bogor - Senin (23/7), Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. membuka kegiatan Rapat Pembahasan Prakiraan Musim Hujan 2018/2019 yang berlangsung selama empat hari (23-26/7/2018) di Hotel Harris Sentul, Bogor. Hadir pada kesempatan itu Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Dr. Ir. Dodo Gunawan, DEA, Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan Guswanto, M.Si., 27 Kepala Stasiun Klimatologi, 5 Kepala Stasiun Meteorologi, Kepala Stasiun GAW Palu dan 34 Forecaster dari seluruh Indonesia, serta tim prakiraan iklim dari Bidang Variabilitas Iklim.

Kegiatan rutin tahunan ini sebagai ajang koordinasi dan sinkronisasi produk prakiraan dan pengamatan yang dilakukan oleh BMKG Pusat dengan UPT daerah yang disesuaikan dari pola iklim wilayah masing-masing daerah. Dengan sasaran salah satunya adalah melakukan analisis variabilitas iklim dengan indikator kinerja berupa presentase akurasi layanan informasi iklim di tingkat kecamatan.

Sesuai dengan visinya, yaitu terwujudnya layanan informasi iklim BMKG di tingkat nasional dan regional dalam mendukung Ketahanan Pangan, Ketahanan Energi, Ketahanan Sumber daya Air, Kesehatan dan Pengurangan Resiko Bencana. Rapat Pembahasan Prakiraan Musim Tingkat Nasional ini merupakan realisasi arah kebijakan pusat informasi perubahan iklim yaitu menjamin ketersediaan informasi perubahan iklim yang cepat, tepat, akurat dan mudah dipahami, serta luas jangkauanya sampai pada pengguna akhir dan meningkatnya kepuasan pengguna informasi iklim.

Hasil rapat pembahasan akan dilanjutkan dengan National Climate Outlook Forum (NCOF). Forum esensial tersebut merupakan wahana mempromosikan koordinasi inter-agensi dan dialog reguler antara climate information provider dengan multi-stakeholder (pada level nasional), yang hasil akhirnya akan di diseminasikan kepada masyarakat luas.

Dalam arahannya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengutarakan bahwa, fluktuasi kondisi variabilitas iklim dan cuaca ekstrim memberi dampak bagi berbagai sektor seperti Sektor Pertanian, Infrastruktur, Kebencanaan, Kesehatan hingga Pariwisata. "Meskipun pada awal tahun 2018 kondisi La Nina skala lemah menuju Netral, dampak dari kondisi variasi iklim di Indonesia mengakibatkan beberapa bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, kekeringan dan kebakaran lahan dan hutan tetap saja terjadi pada tahun 2018 ini", ujar Kepala BMKG.

Berkaitan dengan hal tersebut, Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa informasi BMKG sudah di tunggu di Istana, informasi dari BMKG menjadi informasi wajib dalam setiap pengambilan kebijakan dalam agenda-agenda penting pemerintahan. Seperti Ratas tingkat Menteri yang di pimpin langsung oleh Presiden maupun Rakortas di Kemenko untuk penanganan Karhutla, serta menjelang Asian Games pada 18 Agustus 2018 misalnya, informasi cuaca/iklim disetiap venue sangat diperlukan demi suksesnya acara.

Lebih lanjut, Kepala BMKG mengutarakan "Pada era revolusi 4.0 saat ini dimana era Big Data, Artificial Intelligence dan Internet of Things yang dikemas dalam percepatan dan lompatan industri digital sudah ada di depan mata kita semua, tuntutan masyarakat di era milenia sekarang ini semakin unik, era dimana crowd economic bisa menjadi pengguna dan verifikator hasil akurasi prakiraan BMKG, target layanan informasi iklim meliputi ragam informasi yang mudah diakses dan mudah dipahami, memiliki akurasi dan kecepatan yang tinggi serta informasi mampu dijangkau hingga ke tingkat kecamatan bahkan tingkat desa. Pada tahun 2018-2020, target 75% kecamatan terlayani.

Banyak peluang dan tantangan dalam menyampaikan informasi cuaca, iklim dan gempa, kemaslah informasi yang menarik dan tentunya mudah dipahami, seperti situs Jejaring Sosial (Social Media) dan Smartphone" maupun partisipasi aktif masyarakat, agar informasi BMKG dalam menunjang program-program pemerintah yaitu melindungi segenap bangsa dan mensejahterakan rakyat Indonesia bisa tercapai , ujar Dwikorita Karnawati.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024