Buka SLCN 2020, Stamar Kendari Gandeng Organisasi Internasional

  • Hatif Thirafi
  • 23 Okt 2020
Buka SLCN 2020, Stamar Kendari Gandeng Organisasi Internasional

Kendari - Stasiun Meteorologi Kelas II Maritim Kendari membuka kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) yang diikuti oleh beberapa lembaga pemerintahan dan swadaya masyarakat sekitar pantai, Rabu (21/10), di Hotel Fortune Kendari.

Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pelayanan BMKG kepada masyarakat guna meningkatkan pemahaman informasi cuaca/iklim khususnya bagi Para Penyuluh Perikanan dan Para Nelayan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan keamanan dalam melaut.

Kegiatan SLCN ini telah dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya oleh Stasiun Meteorologi Kelas II Maritim Kendari sejak tahun 2017 lalu. Pada tahun 2020 ini, SLCN Provinsi Sulawesi Tenggara mengusung tema "Dengan Memahami Informasi Cuaca/Iklim, Melaut Aman, Nelayan Sejahtera dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru". SLCN ini bertujuan untuk mendukung pemulihan ekonomi di masa pandemi COVID-19 melalui peningkatan kapasitas masyarakat, khususnya nelayan, serta komunitas penggiat dan pemangku kepentingan, dalam memahami informasi cuaca/iklim.

Kegiatan SLCN BMKG Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun ini diselenggarakan bekerja sama juga dengan Rare yang merupakan Organisasi Non-Profit (Non-Profit Organization/NPO) internasional yang bergerak dalam bidang konservasi. Rare memanfaatkan informasi cuaca/iklim sebagai pendekatan pemasaran sosial untuk mencapai dampak konservasi yang berkelanjutan.

Rare sendiri bekerja secara global untuk membekali masyarakat di berbagai lokasi alam yang paling terancam di seluruh penjuru dunia, dengan memberikan berbagai alat bantu, teknik, strategi maupun motivasi dan inspirasi, sehingga masyarakat peduli dan mampu beraksi melindungi sumber daya alam di lingkungan sekitarnya. Rare menitikberatkan pada manusia maupun ilmu pengetahuan dalam menangani beragam faktor kunci di bidang sosial dan ekonomi yang mengakibatkan berbagai ancaman terhadap lingkungan sehingga dengan adanya kontribusi dari Rare diharapkan penyampaian informasi cuaca/iklim dapat dilakukan lebih maksimal lagi.

Pembukaan kegiatan SLCN diawali dengan laporan Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Ramlan S.Si, M.Si. Ramlan berharap melalui kegiatan SLCN ini informasi cuaca/iklim yang disampaikan nantinya dapat diterima dengan baik dan dapat dipergunakan semaksimal mungkin oleh para peserta di lapangan nanti.

"Dengan kegiatan ini, kita berharap pemanfaatan informasi BMKG juga bisa lebih optimal dan mengurangi kesalahpahaman dan kesalahan interpretasi, seiring dengan terbangunnya sikap atau budaya siaga dan tanggap bencana bagi masyarakat dan sekolah yang berada di wilayah potensi bencana hidrometeorologi, " ujar Ramlan.

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi Guswanto, M.Si melalui layanan virtual zoom menyampaikan, kegiatan SLCN ini merupakan upaya BMKG dalam mengambil peran penting untuk memberikan solusi demi meningkatkan ketahanan masyarakat dari berbagai ancaman bencana hidrometeorologi, serta dari ancaman yang mengganggu ketahanan pangan akibat dampak dari kondisi cuaca dan iklim.

"BMKG akan terus berupaya keras agar para nelayan, dan masyarakat secara umum mampu bertahan dengan tetap produktif, sehat dan selamat, dengan beradaptasi terhadap kondisi cuaca/iklim, termasuk dari ancaman bencana hidrometeorologi," jelasnya.

Guswanto juga ikut menyampaikan harapannya agar kegiatan ini juga dapat menjadi sebuah sarana pertukaran pengetahuan (Training of Trainer) antara narasumber dengan para peserta.

Selanjutnya, kegiatan SLCN Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2020 yang diselenggarakan pada tanggal 21-23 Oktober 2020 dibuka dan diresmikan secara langsung oleh Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Ir. Ridwan Bae.

"Dari aspek keselamatan, melalui sekolah lapang ini para nelayan diberikan pengetahuan tentang keselamatan dalam melaut. Bagaimana ketika terjadi cuaca buruk serta bagaimana mereka menyesuaikan terhadap perubahan cuaca," ucap Ridwan saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) Tahun 2020.

Menurut Ridwan, kegiatan ini harus dilaksanakan dengan fokus secara maksimal agar para peserta dapat memahami dan menangkap informasi yang telah diberikan oleh pemateri dengan baik. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi sebuah batu loncatan dalam proses pemahaman pentingnya pengunaan informasi cuaca/iklim.

Beberapa materi yang disampaikan pada tahun ini selain dari BMKG juga terdapat materi yang disampaikan oleh Pusat Meteorologi Maritim (Pusmetmar) BMKG, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Rare, Bank Sultra, dan Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS).

Materi hari pertama diawali dengan Kontrak Belajar dan Pre-Test lalu dilanjutkan materi mengenai pengenalan unsur cuaca dan iklim maritim oleh tim dari Stamar Kendari. Pada hari kedua, materi diawali dengan pemahaman mengenai musim tangkap, faktor ikan dan alat tangkap oleh DKP. Selanjutnya pemahaman mengenai cuaca/iklim disampaikan oleh Pusmetmar. Lalu, tim dari Rare akan menambahkan mengenai pengaruh cuaca/iklim terhadap produktivitas para nelayan dan dilanjutkan dengan penyampaian materi dari Bank Sultra tentang sistem kredit usaha kecil untuk nelayan.

Setelah itu, PPS menyampaikan tentang cara meningkatkan produktivitas nelayan pada saat cuaca ekstrem dan dilanjutkan kembali dengan materi mengenai pemahaman akses informasi cuaca ekstrim oleh Tim Stamar Kendari. Malamnya kegiatan dilanjutkan tentang pengenalan alat ukur cuaca dan skala Beaufort oleh Tim dari Stamar Kendari. Pada hari terakhir, peserta akan diajak untuk melakukan Field Trip ke Stasiun Meteorologi Maritim Kendari dan diakhiri dengan Post Test.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024