BMKG Adakan Sekolah Lapang Iklim Untuk Mahasiswa Sebagai Persiapan KKN

  • Petugas Web
  • 21 Apr 2016
BMKG Adakan Sekolah Lapang Iklim Untuk Mahasiswa Sebagai Persiapan KKN

Solo (20/4), Setelah sebelumnya pada tahun 2015 BMKG mengadakan Sekolah Lapang Iklim untuk Babinsa TNI (Badan Pembina Desa), maka pada tahun 2016 ini BMKG, yang diprakarsai oleh BMKG Jawa Tengah, hadir dengan inovasi baru yaitu Sekolah Lapang Iklim untuk Mahasiswa.
Sekolah Lapang Iklim untuk Mahasiswa diadakan dengan tujuan meningkatkan pemahaman informasi cuaca dan informasi iklim kepada para mahasiswa yang akan melakukan KKN, sehingga nantinya para mahasiswa tersebut bisa menerapkan ilmu yang mereka dapatkan di lapangan.
`Sekolah Lapang Iklim Tahap II untuk Mahasiswa KKN Tematik` diadakan di Universitas Sebelas Maret dari tanggal 19-22 April 2016. Diikuti oleh 52 peserta yang terdiri dari 41 orang mahasiswa, 2 orang PPL, 3 orang ketua kelompok tani dan 6 orang dosen. Sementara narasumber yang memberikan materi berasal dari BMKG, BPTP, Dinas Pertanian, UNS dan UKSW.
Sekolah Lapang Iklim untuk mahasiswa ini dibuka langsung oleh Kepala BMKG, Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa SLI untuk mahasiswa merupakan pertama kalinya dilakukan di Indonesia bahkan di dunia. Oleh karena itu beliau mengharapkan agar para mahasiswa bisa mempelajari semua materi yang diberikan dengan baik, sehingga nantinya mereka bisa menerapkan ilmu yang mereka dapatkan di SLI kepada warga tempat mereka melaksanakan KKN.
Turut hadir dalam acara ini Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Dr. Muhammad Dimyati serta Rektor Universitas Sebelas Maret, Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. Selain itu juga hadir mendampingi Kepala BMKG, Kepala Pusat Iklim, Agroklimat, dan Iklim Maritim BMKG, Dra. Nurhayati, M.Sc, Kepala Balai Besar MKG Wilayah II, Joko Siswanto, S.Sos serta para KUPT BMKG se-Jawa Tengah.
Setelah membuka SLI Tahap II untuk Mahasiswa KKN Tematik, Kepala BMKG kemudian memberikan Kuliah Umum dihadapan lebih kurang 250 orang Mahasiswa Pertanian Universitas Sebelas Maret dengan mengangkat tema `Climate Literacy - Memahami Dampak Perubahan Iklim Pada Produksi Pangan.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024