TEMPP 3: Kolaborasi Negara-negara Samudra Hindia Rancang Prosedur Evakuasi Tsunami

  • Rozar Putratama
  • 23 Nov 2018
TEMPP 3: Kolaborasi Negara-negara Samudra Hindia Rancang Prosedur Evakuasi Tsunami

Citeko - Kamis (22/11), Berbicara tentang tsunami sebagian besar negara-negara pantai samudra rentan terhadap bahaya tsunami, oleh karena itu keberadaan rencana evakuasi tsunami adalah sangat penting untuk pengurangan risiko bencana tsunami. Rencana evakuasi tidak hanya dikelola oleh pemerintah setempat, tetapi harus melibatkan masyarakat untuk dapat mengimplementasikannya.

Untuk menyikapi hal tersebut, BMKG sebagai lembaga pemerintah non kementerian yang resmi memberikan informasi mengenai peringatan dini tsunami berdasarkan UU No. 31/tahun 2009 telah melakukan kerjasama dengan organisasi internasional di wilayah samudera hindia yang tergabung dalam Indian Ocean - UNESCO. Melalui organisasi IOC-UNESCO ini telah dihasilkan berbagai kebijakan dan prosedur yang yang harus dilakukan bagi negara -negara yang berada di wilayah pantai samudera dan memiliki kerentanan terhadap gempabumi serta tsunami.

Satu pekan yang lalu, pada 15 November 2018 BMKG menyelenggarakan kegiatan workshop IOWave 2018 dengan tujuan mengevaluasi kegiatan India Ocean Wave 18 Exercise (IOWave18 Exercise), yang dilaksanakan di negara-negara Indian Ocean pada Bulan September Tahun 2018" .

IOWave Exercise sangat penting untuk menguji bagaimana skema Peringatan Dini Tsunami bisa berjalan dengan baik dari hulu hingga hilir. Latihan tidak hanya menguji bagaimana peringatan dini disampaikan dari Pusat Peringatan dini kepada stake holder terkait, tetapi juga melatih kesiapsiagaan masyarakat untuk menguji rencana evakuasi tsunami.

Untuk menyempurnakan kesamaan prosedur evakuasi pemetaan dan perencanannya kegiatan dilakukan dengan training Tsunami Evacuation Map, Plan And Procedure (TEMPP-3) yang diselenggarakan di gedung serbaguna citeko bogor. Kegiatan yang merupakan hasil kerjasama antara BMKG - IOC UNESCO ini terkait dukungan program kerja ICG/IOTWS yang bertujuan untuk membangun kapasitas dari negara - negara di samudera Hindia mulai dari pemetaan, prosedur evakuasi tsunami dan perencanaannya.

Pelatihan ini merupakan pelatihan yang ketiga kalinya setelah sebelumnya diselenggarakan di Indonesia dan India. Tahun ini peserta latihan berasal dari negara: Indonesia, Mozambiq, Timor Leste, Mauritius, Yaman, Pakistan, dan India.

Dari hasil pelatihan ini nantinya diharapkan akan memberikan hasil yang sangat berguna dan dapat diandalkan untuk di implementasikan di tingkat masyarakat.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024