Jakarta, (5/6). BMKG sebagai institusi pemerintah yang salah satu tupoksinya adalah pelayanan data tanda waktu tentu sangat berkepentingan dalam penentuan awal bulan hijrah ini. Peristiwa konjungsi dimana bujur ekliptika bulan sama dengan bujur ekliptika matahari dengan anggapan pengamat berada di pusat bumi, akan terjadi pada ahad, 5 Juni 2016 pukul 03.00 UT atau pada pukul 10.00 WIB atau pukul 11.00 WITA atau 12.00 WIT, ketika nilai bujur ekliptika matahari dan bulan sama dengan 74,887 derajad.
Dari sinilah, pelaksanaan rukyat hilal penentu awal Bulan Ramadhan 1437 H di wilayah Indonesia dilakukan setelah matahari terbenam pada 5 juni 2016.
Seperti yang diutarakan Kepala Pusat Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu, Dr. Jaya Murjaya bahwa Ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 5 Juni 2016 berkisar antara 2,36 derajad di Jayapura, Papua sampai dengan 3,93 derajad di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 6 Juni 2016 berkisar antara 15,64 derajad di Jayapura, Papua sampai dengan 17,16 derajad di Tua Pejat, Sumatera Barat.
`BMKG melakukan pengamatan di 22 titik lokasi, ada beberapa titik di Indonesia yang masih belum melihat hilal, seperti Marauke, ternate, Palu, Kupang, Denpasar, Makassar dan Biak karena tertutup awan dan memiliki ketinggian hilal yang masih rendah, `tutur Jaya saat diwawancarai media. Jaya menambahkan BMKG hanya memberikan informasi pengamatan hilal, tetapi yang memutuskan adalah Kementerian Agama RI dalam penentuan 1 Ramadhan.