Jakarta - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati secara resmi menutup rapat Prakiraan Musim Kemarau (PMK) 2021, yang berlangsung secara virtual pada Jumat, (26/2). Rapat yang berlangsung sejak Senin (22/2) merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilakukan sebagai ajang koordinasi dan sinkronisasi produk prakiraan musim yang dilakukan oleh BMKG Pusat dengan UPT daerah sesuai dengan zona musim masing-masing.
Salah satu target yang akan dicapai dari kegiatan ini adalah Prakiraan Musim Kemarau skala nasional. Hasil prakiraan ini digunakan sebagai salah satu indikator kinerja berupa presentase akurasi informasi iklim. Dalam rapat PMK 2021 juga melibatkan para forecaster dari BMKG Pusat, UPT daerah yang terdiri dari Stasiun Klimatologi, Stasiun Meteorologi Kordinator dan Stasiun GAW (Global Atmosphere Watch) dan Narasumber dari Puslitbang dan Pusat Database BMKG.
Sebagai upaya peningkatan kapasitas forecaster, juga diadakan lokakarya ilimiah sebagai salah satu rangkaian acara rapat PMK 2021. Dalam lokakarya ilmiah ini hadir pembicara dari berbagai lembaga diantaranya Hydrology Research Center USA, The Climate Reality Project dan PetaBencana.id. Selain itu, juga terdappt paparan tentang capaian kajian dari staf kedeputian klimatologi yang sedang menempuh kuliah strata doktor (S3). Sesi lokakarya ilmiah nasional diikuti oleh total peserta sebanyak berjumlah 475 orang.
Dalam kegiatan ini Dwikorita mengatakan bahwa Stasiun klimatologi memiliki peran penting dalam menentukan ketahanan pangan. Kepala UPT diharapkan menyadari bahwa adanya harta karun karena stasiun klimatologi memiliki kumpulan data yang sangat panjang, runtun dan lahan kantornya cukup luas. "Alat-alat pengamatan stasiun klimatologi dan GAW sudah dikalibrasi dunia dan berteknologi canggih. BMKG mestinya bisa sebagai influencer karena sebagai pemegang data," tutur Dwikorita.
Ia kemudian melanjutkan, "zaman dahulu, penguasa dunia adalah penguasa rempah-rempah. Setelah perang dunia, penguasa dunia adalah pemilik energy seperti oil and gas. Saat ini penguasa dunia adalah pemilik data dan informasi. BMKG merupakan salah satu kelompok itu. Mengapa kita tidak bisa menjadi influencer? Alasannya mungkin karena kelalaian kita karena belum bisa membuat analisis data yang menjadi informasi secara menarik."
Menurut Dwikorita, Saat ini stasiun klimatologi sudah mahir dalam menyampaian informasi secara menarik. Sebagai ASN BMKG menampilkan data-data dan informasi berkaitan dengan BMKG sehingga masyarakat selalu terinfokan. "BMKG jangan hanya jadi operator data atau pengamat, melainkan selalu mengolah data untuk analisis lebih lanjut, sehngga apabila mahasiswa yang melakukan kerja praktik harus punya syarat untuk menulis bersama dengan ASN BMKG. Jabatan fungsional saat ini harus ditingkatkan dari pengamat menjadi analisis/rekomendator. Sebagai analis, minimal memiliki gelar master. BMKG sebagai rekomendator kepada presiden, sehingga semua pegawai minimal bergelar master," jelas beliau.
Menutup sambutannya, Dwikorita berpesan kepada Kepala pusat untuk dapat memberikan mandat melakukan analisis iklim di daerah aliran sungai (DAS) sebagai projek eksperimental. Ia juga memberi arahan untuk kedepannya dapat menambahkan penghargaan untuk stasiun yang melakukan eksperimen bagaimana kondisi iklim berdampak pada tanaman tertentu. Sehingga produk menjadi premium, tanpa melewati ketepatan dan kecepatan informasi. "Bapak kepala pusat mohon dibimbing kepala upt dalam pengadaan alat agar data yang dihasilkan valid dan akurat. Quality manajemen sistem harus menjadi darah daging kita agar kita bisa berjaya dalam data kita. Mohon diseringkan untuk mengundang pakar internasional secara webinar terutama dalam mengkampayekan perubahan iklim global," pungkas Dwikorita.
Dalam kesempatan ini, Kepala BMKG juga menyerahkan secara simbolis piagam penghargaan Stasiun Klimatologi Terbaik 2020 Kelas I/II yang diraih oleh:
1. Stasiun Klimatologi Kelas II Jembrana
2. Stasiun Klimatologi Kelas II Menpawah
3. Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang
Berikutnya piagam penghargaan Stasiun Klimatologi Terbaik 2020 Kelas III/IV yang diraih oleh:
1. Stasiun Klimatologi Kelas IV Muaro Jambi
2. Stasiun Klimatologi Kelas IV Aceh Besar
3. Stasiun Klimatologi Kelas IV Sleman