Hari Minggu, 23 Oktober 2016, gempabumi tektonik menggoyang wilayah selatan Jawa Barat. Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempabumi terjadi pada pukul 05.44.49 WIB dengan kekuatan M=4,9 Skala Richter dengan episenter terletak pada koordinat 8,08 LS dan 107,59 BT, tepatnya di Samudra Hindia pada jarak 130 km arah selatan Kota Bandung pada kedalaman 67 km.
Peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG menunjukkan bahwa dampak gempabumi berupa goyangan dirasakan di beberapa daerah seperti Ciagra, Sindangbarang, Cidaun, Citalahab, Cimari, Bangbayang, Pameutingan, Karanganyar, Kelapagenep, Cijulang, Pameungpeuk, dan Sindangsari dalam skala intensitas II SIG-BMKG (III MMI). Beberapa warga di daerah ini dilaporkan sempat keluar rumah untuk mencoba meyelamatkan diri. Goyangan gempabumi juga dirasakan di Garut dan Bandung pada I SIG-BMKG (II MMI) sehingga hanya beberapa orang yang merasakan.
Ditinjau dari kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempabumi ini merupakan gempabumi kedalaman menengah akibat aktivitas subduksi lempeng. Dalam hal ini Lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah Lempeng Eurasia terjadi deformasi batuan di zona Benioff di bawah tepi utara cekungan busur muka (fore arc basin) di lepas pantai selatan Jawa Barat. Peta aktivitas kegempaan menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir di zona ini memang terjadi peningkatan aktivitas gempabumi di kedalaman menengah.
Hasil monitoring BMKG hingga saat ini menunjukkan belum terjadi gempabumi susulan. Untuk itu kepada masyarakat di daerah pesisir selatan Jawa Barat dihimbau agar tetap tenang karena gempabumi ini tidak berpotensi tsunami.***
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG