Selasa, (23/10), Jakarta - Dalam rangka pentingnya mewujudkan Making Indonesia 4.0, maka perlu langkah prioritas melalui program pendidikan dan pelatihan di kalangan kementerian, lembaga, swasta, BUMN, LSM dan TNI-Polri untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia.
Untuk itu, BMKG merupakan salah satu lembaga yang dikunjungi empat peserta dari Pusdiklat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Lembaga Administrasi Negara dan Lembaga Ketahanan Nasional untuk mendapatkan edukasi khususnya terkait gempa bumi dan tsunami.
Peserta disambut langsung di Ruang Operasional InaTEWS oleh Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar, Iman Fatchurochman,S.Si., M.DM.
Iman menjelaskan bahwa Indonesia, India dan Australia dipercaya sebagai Regional Tsunami Service Provider (RTSP) yang menyampaikan informasi peringatan dini tsunami ke 28 negara di kawasan Samudera Hindia. "Saat terjadi gempa dan berpotensi tsunami maka akan diinformasikan ke negara-negara bersangkutan," lanjutnya.
"BMKG memiliki sistem observasi gempa bumi yaitu jaringan seismometer digunakan untuk menentukan parameter gempa bumi tektonik dari lokasi, magnitudo, dan kedalaman sedangkan perangkat lunak SeisComP3 digunakan utnuk mengolah semua data seismik yang masuk dalam waktu singkat untuk menentukan sumber gempa bumi tektonik, sedangkan observasi tsunami dengan alat buoy, tide gauge dan GPS, "kata Iman.
"Saat ini, BMKG sudah bisa mendeteksi gempa dalam waktu 1- 3 menit dan mengirimkan informasi gempa bumi dan peringatan tsunami dalam waktu kurang dari 5 menit. Jika terjadi gempa bumi dengan magnitude 5 Skala Richter atau lebih, BMKG akan menyebarluaskan informasi gempa melalui beberapa moda komunikasi yaitu sms, faks, email, sistem penerima peringatan (WRS) dan Sistem telekomunikasi global (GTS)," lanjut Iman.
Lalu peserta berkunjung ke Ruang Operasional Meteorologi dan mencoba Alat Simulator Gempa Bumi.