BMKG-NOAA Jalin Kerja Sama, Wujudkan Lembaga Berkelas Dunia

  • Ibrahim
  • 30 Sep 2021
BMKG-NOAA Jalin Kerja Sama, Wujudkan Lembaga Berkelas Dunia

Jakarta (29/9) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bersama National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) kembali menggelar "16th Annual Indonesia - U.S. BMKG - NOAA Partnership Workshop," yang berlangsung secara hybrid.

Workshop yang berlangsung dari 29 September - 1 Oktober 2021 mengusung tema "Sub-seasonal to Seasonal Forecast: Detecting Extreme Weather Events at Climate Scale" merupakan wujud semangat BMKG dalam mengabdi kepada negara dan mendukung program pemerintah untuk kesejahteraan bangsa.

Informasi skala waktu sub-musim hingga musiman sangat dibutuhkan di berbagai sektor, terutama pengurangan risiko bencana hidrometeorologi terkait dengan kejadian cuaca ekstrem, pertanian, energi, ketahanan pangan, dll. Akurasi prakiraan cuaca sangat penting untuk memastikan kebijakan pemerintah terkait sektor pertanian, energi, ketahanan pangan, dan lain-lain dapat dirancang dengan baik.

Workshop ini juga bertujuan untuk mendemonstrasikan peran penting Observasi Samudera Hindia, seperti Indonesia PRIMA, Years of the Maritime Continent (YMC) dan Indonesian Trough Flow (ITF) dalam upaya memahami sepenuhnya interaksi atmosfer darat-laut di Benua Maritim juga mengembangkan kapasitas manusia dan pengetahuan praktis sebagai bagian dari pengembangan Weather Marine Information (Sistem Informasi Cuaca Laut) dan Climate Early Warning System (Sistem Peringatan Dini Iklim.

Sesi workshop ini diawali dengan sambutan dari Sidney Thurston, selaku Manajer Program dari Global Ocean Monitoring and Observing (GOMO) NOAA. "Tujuan dilaksanakannya 3 hari Workshop ini adalah untuk menyebarkan ilmu dan keahlian untuk membangun serta meningkatkan pengetahuan kepada semua partisipan. Ini adalah proses bertukar ilmu - dari BMKG ke NOAA dan dari NOAA ke BMKG." ujar Sidney

Selanjutnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam sambutannya menyampaikan bahwa prioritasnya adalah membuat BMKG menjadi sebagai organisasi kelas dunia.

"Melalui kerja sama tersebut, saya berharap BMKG bisa sejajar dengan pusat iklim global lainnya," tutur Dwikorita. Ia mengatakan, harapan ini muncul karena Indonesia berada di "kolam hangat" Samudra Hindia dan Pasifik Barat. Dengan posisi ini, Indonesia memainkan peran penting dalam pemantauan cuaca dan iklim global.

"Sebagai negara kepulauan, persebaran daratan-laut dan topografi yang kompleks membuat prediksi bencana menjadi tantangan bagi Indonesia," ucap dia.

Dwikorita menjelaskan, prediksi cuaca ekstrem dengan siklus diurnal, sistem cuaca sinoptik, Osilasi Madden-Julian (MJO), El Nino, dan monsun memberi manfaat bagi kesejahteraan sosial ekonomi Indonesia.

Selain cuaca ekstrem, lanjut dia, Indonesia juga merupakan kawasan rawan gempa. Posisi Indonesia di perbatasan tiga lempeng tektonik utama dunia, diantaranya, India-Australia, Eurasia, dan Pasifik. "Oleh karena itu, negara kita juga sangat rawan terhadap kejadian tsunami," ucap dia.

Dwikorita berharap, sebagai bagian dari komunitas cuaca dan iklim global, BMKG memiliki sejarah panjang dalam berkontribusi pada program terkoordinasi di seluruh dunia.

"Kolaborasi dengan NOAA adalah salah satu cara, kami memainkan peran ini," ujar dia.

Dwikorita menyebut, bahwa BMKG selalu berusaha untuk melibatkan diri dalam berbagai proyek ini sebagai komitmen untuk memajukan pengetahuan di iklim tropis. Ina-Prima, salah satu agenda kemitraan BMKG-NOAA, merupakan salah satu cara BMKG menunjukkan komitmennya terhadap komunitas cuaca dan iklim global.

"Kami sangat mengapresiasi kepada NOAA atas dedikasinya dalam program kerja sama ini," ujar dia.

Dalam sambutannya, Menteri Koodinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengucapkan terima kasih kepada NOAA karena turut membatu penanganan isu Covid-19.

Selain menggunakan data dari Facebook, Google, dan NASA, Luhut mengatakan menggunakan data NOAA untuk membuat strategi penanganan kebijakan Covid-19."Atas kesempatan ini, pemerintah Indonesia berterima kasih kepada NOAA, tidak hanya perubahan iklim, NOAA juga membantu penanganan Covid-19," ucap Luhut, sebagai keynote speaker.

Menteri Luhut Apresiasi NOAA dalam membantu penanganan COVID-19

Luhut mengatakan bahwa pada perayaan Hari Maritim Nasional 23 September, Presiden Joko Widodo mengingatkan untuk melanjutkan restorasi dan penguatan identitas sebagai negara maritim. Tidak hanya jargon tapi juga kerja nyata.

Dia juga menyebut, Jokowi mengingatkan mengenai konektivitas dan keamanan maritim untuk meningkatkan pendapatan nasional. "Pemberdayaan kekuatan maritim menjadi kunci pertumbuhan nasional," ucap dia.

Luhut mengatakan sebagai negara maritim, Indonesia menghadapi tantangan perubahan iklim dan cuaca. Selain itu, Indonesia juga berhadapan dengan bencana gempa bumi dan tsunami. Untuk itu, kata dia, pemahaman fundamental atas sains dan teknologi terapan melalui kerja sama global diharapkan dapat berbasis karakteristik yang kompleks atas Indonesia.

"Saya mendukung penuh kerja sama BMKG dan NOAA untuk penyediaan informasi tentang tsunami, cuaca, dan iklim. Indonesia bisa menjadi laboratorium dari persoalan ini," ucap dia.

Luhut mengatakan kerja sama BMKG dan NOAA bisa menghasilkan beberapa hasil misalnya penelitian mengenai sistem perubahan iklim, sistem kondisi udara dan laut, cuaca ekstrem, dan ketersediaan air.

"Secara umum sistem itu bisa berdampak pada pertanian masyarakat, industri perikanan, dan kesehatan," kata dia. Mengakhiri sambutannya, Luhut juga menekankan kerja sama jangka panjang berupa kemampuan sumber daya manusia dalam penelitian, sebagai bagian dari komunitas cuaca dan iklim dan berkontribusi koordinasi global.

Turut serta hadir dalam workshop ini Sung Y. Kim selaku US Ambassador, Craig N. Mclean selaku Asisstant Administrator for Oceanic and Atmospheric Research NOAA. Kemudian panelis dalam sesi diskusi oleh Thomas J. Cuff selaku Director NOAA NWS Office of Observations, Prof. Muh. Aris Marfai selaku Kepala BIG, Prof. Mike Mcphaden dari NOAA Pacific Marine, Dr. Tri Wahyu Hadi dari ITB dan Dr. Rahmat Hidayat dari IPB.

Gempabumi Terkini

  • 03 Oktober 2024, 16:04:39 WIB
  • 2.5
  • 22 km
  • 6.83 LS - 108.73 BT
  • Pusat gempa berada di darat 23 km tenggara Kota Cirebon
  • Dirasakan (Skala MMI): II Kota Cirebon
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di darat 23 km tenggara Kota Cirebon
  • Dirasakan (Skala MMI): II Kota Cirebon
  • Selengkapnya →

Siaran Pers