BMKG Kendari Gelar Perdana Sekolah Lapang Cuaca Perairan untuk Otoritas dan Operator Pelabuhan

  • Hatif Thirafi
  • 26 Okt 2021
BMKG Kendari Gelar Perdana Sekolah Lapang Cuaca Perairan untuk Otoritas dan Operator Pelabuhan

Kendari - BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Kendari secara perdana menyelenggarakan Sekolah Lapang Cuaca Perairan Tahun 2021 bertempat di Kantor BPTD Wil. XVII Sulawesi Tenggara, Senin (25/10/2021).

Sekolah Lapang Cuaca Perairan (SLCP) ini merupakan kegiatan yang diselenggarakan dengan konsep sekolah lapang untuk memberikan informasi dalam pemanfaatan produk informasi cuaca dan iklim laut BMKG, yang ditujukan untuk pihak-pihak yang terkait dalam otoritas dan operator pelabuhan di seluruh Prov Sulawesi Tenggara.

BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Klas II Kendari mempunyai tugas pokok salah satunya adalah menberikan informasi cuaca maritim untuk mendukung segala aktivitas di laut agar aman,efektif, dan efisien salah satunya aktifitas penyeberangan di seluruh Perairan Sulawesi Tenggara.

Kegiatan SLCP tahun 2021 secara garis besar bertujuan untuk me-refresh kembali pemahaman terkait MKG khususnya meteorologi maritim untuk para otoritas dan operator pelabuhan. SLCP juga bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kemampuan peserta dalam merespon informasi secara tepat dan terukur.

SLCP dibuka secara resmi secara virtual oleh Kepala Pusat Metereologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo. Dalam sambutannya, Eko menyebutkan kerjasama dengan stakeholder di bidang perariran perlu ditingkatkan guna memudahkan penyebaran dan pemanfaatan informasi cuaca maritim.

"Dengan adanya kegiatan ini kami berharap celah celah kecil potensi terhadap kecelakaan di laut yang disebabkan oleh gangguan cuaca dapat di ketahui dan dapat dimitigasi sejak dini," ujarnya.

Kerjasama ini, lanjut Eko, akan ditindaklanjuti dengan memberikan informasi cuaca perairan, cuaca penyeberangan, dan cuaca pelabuhan di beberapa pelabuhan di Sulawesi Tenggara secara rutin kepada petugas BPTD (syahbandar) yang ada di lapangan melalui media komunikasi yang telah disepakati secara bersama.

Sementara itu, Kepala BPTD Sulawesi Tenggara Benny Nurdin yg turut hadir dalam kegiatan tersebut meyambut baik inisiasi BMKG dalam menyelenggarakan SLCP ini. Benny berharap dengan kegiatan ini komunikasi dan koordinasi intens dapat lebih terbangun antara sesama petugas lapangan guna memberikan pelayanan yang baik kepada para pengguna jasa dan penyedia jasa angkutan penyeberangan dan angkutan laut di perairan termasuk sungai dan danau.

"Ini sangat krusial mengingat Sultra sebagai provinsi kepulauan yg berada di perairan laut Banda sehingga deteksi dini cuaca menjadi penting. Saya berharap kegiatan ini jangan berhenti di sini tapi terus dilanjutkan, bila perlu 3 atau 6 bulan sekali," ujar Benny.

Kegiatan SLCP dilaksanakan selama sehari secara daring dan luring, dengan jumlah peserta luring sebanyak 19 orang dan daring sebanyak 15 orang dengan menghadirkan narasumber dari BMKG dan diikuti unsur BPTD, Disnav Kendari, KSOP Kendari dan Pelindo Cabang Kendari.

Tangapan positif juga disampaikan oleh peserta Sekolah Lapang Cuaca Perairan ini.

"Kami sangat senang dengan adanya kegiatan ini, karena terus terang kami di lapangan sebagai syahbandar sangat membutuhkan informasi cuaca sebagai dasar dalam penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB)," ujar Ilham, Syahbandar Pelabuhan Penyeberangan Kendari.

Setelah kegiatan ini, peserta SLCP diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dalam mengakses, membaca, menindaklanjuti dan mendiseminasikan informasi cuaca dan iklim maritim serta merespon informasi tersebut secara tepat.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024