Tiga hari terakhir, zona gempa subduksi lempeng sebelah timur laut Kepulauan Talaud berbatasan dengan negara tetangga Filipina mengalami peningkatan aktivitas kegempaan. Di zona tersebut Lempeng Laut FIlipina menunjam ke bawah Lempeng Eurasia pada palung Filipina (Philippine Trench) dengan laju penunjaman 80-100 mm/tahun.
Ini adalah salah satu zona subduksi lempeng paling aktif di dunia. Efek dari zona subduksi ini telah menyebabkan terbentuknya sabuk gunung api, dan Sistem Sesar Filipina yang aktif di wilayah negara Filipina bagian timur. Sehingga wajar jika di zona ini sering kali dilanda gempabumi dan beberapa kali terjadi tsunami. Gempabuni besar yang dipicu subduksi Lempeng Laut Filipina sudah beberapa kali terjadi seperti gempa pada tahun:1875 (M7.6), 1898 (M7.1), 1943 (M7.6), 1952 (M7.7), 1957 (M7.7), 1988 (M7.5), dan 2012 (M7.6)
Hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa khusus zona subduksi timur laut Talaud ini sebenarnya sudah lama tidak terjadi gempa besar. Catatan terakhir gempa kuat pada segmen ini terjadi pada 24 September 1957 dengan kekuatan M7,7. Selanjutnya setelah itu belum ada lagi aktivitas gempa signifikan.
Hingga baru kemarin 10 April 2017 zona ini ini kembali aktif dengan serangkaian gempabumi signifikan yang diawali oleh gempa utama (main shock) berkekuatan M5,6 dengan kedalaman 72 km. Gempabumi ini menimbulkan guncangan yang dirasakan tidak saja di Kepulauan Sangihe dan Talaud dalam skala intensitas II SIG-BMKG (III MMI), tetapi gempa juga dirasakan di wilayah Filipina tenggara khususnya Davao. Banyak warga orang panik karena merasakan guncangan gempabumi.
Hingga tadi pagi dini hari (12/4) pukul 00.41.25 WIB, gempa dengan kekuatan M5,0 dengan kedalaman 86 km masih terjadi di timurlaut Kepulauan Talaud. Sehingga sejak 10 April 2017 lalu hingga siang ini BMKG mencatat 4 aktivitas gempabumi berkekuatan di atas 5,0. Sementara jumlah aktivitas gempa susulan (aftershocks) yang terjadi sudah 15 kali.
Siang ini, beberapa warga menanyakan mengapa kawasan di timurlaut Talaud dalam 3 hari ini terus diguncang gempa? Apakah ini pertanda akan terjadi gempa dengan kekuatan lebih besar?
Perlu kami jelaskan bahwa gempabumi yang terjadi di wilayah tersebut merupakan fenomena wajar. Artinya gempabumi yang terjadi memang meniliki tipe aktivitas Mainshock-Aftershocks. Tipe gempa semacam ini diawali oleh gempa utama dan disusul oleh serangkaian gempa susulan. Tipe gempa semacam ini terkadang membuat masyarakat resah karena efek gempa susulannya yang sering terjadi. Ini wajar kerkait karakteristik batuan di zona gempa.
Masyarakat tidak perlu cemas dan khawatir, karena setelah proses pelepasan tegangan batuan yang dimanifestasikan dalam serangkaian kejadian gempabumi selesai dan tercapai kondisi kesetimbangan tektonik maka stabilitas batuan akan kembali pulih dan gempa susulan akan berakhir. Kami meyakini bahwa fenomena rentetan gempa yang terjadi ini bukan pertanda akan terjadi gempa besar. Sehingga masyarakat dihimbau agar tetap tenang.***
Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG
Dr. DARYONO, M.Si.