Lembang (07 Maret 2023) - Stasiun Klimatologi Jawa Barat mengadakan Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang bertempat di balai desa Cikahuripan, Lembang. Kegiatan sekolah lapang ini dihadiri oleh perwakilan anggota Komisi V DPR RI, Nungkeu Rochjatti selaku Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jawa Barat, Koordinator BMKG Prov. Jawa Barat Stasiun Geofisika Bandung, Kepala Stasiun Meteorologi Kertajati, Kepala Stasiun Meteorologi Citeko, Kapolsek Kecamatan Lembang, serta Kepala Desa Cikahuripan.
Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat, Indra Gustari menyampaikan bahwa perubahan iklim semakin nyata dan dapat dirasakan dampaknya terutama pada sektor pertanian. Salah satu indikasinya adalah kejadian cuaca dan iklim ekstrim semakin sering terjadi sehingga dapat mengancam penurunan produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pola tanam dapat terganggu akibat dari berkembangnya hama penyakit. Kondisi ini jika belangsung terus menerus, maka ketahanan pangan nasional kita akan mengalami kerentanan dengan petani menjadi kelompok yang paling rentan terdampak.
Sesuai dengan Instruksi Presiden No 5/2011 tentang "Pengamanan produksi beras nasional dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim" dan diperkuat dengan pencanangan Nawacita menekankan pentingnya Kemandirian Negara dalam swasembada pangan oleh Presiden Joko Widodo. BMKG akan terus memberikan informasi peringatan dini iklim ekstrim serta mendiseminasikannya ke instansi terkait, khususnya Kementerian Pertanian.
Kegiatan SLI di lokasi sentra pangan ini memiliki keunggulan komoditas hortikultura dan perkebunan dibuka langsung oleh Indra Gustari. Berdasarkan kecocokan iklim dan kesesuaian iklim di wilayah ini, komoditas yang diangkat pada SLI operasional kali ini adalah selada romaine.
Aktivitas SLI memberikan literasi iklim berbasis pembelajaran modul serta mengawal pemanfaatannya di sektor pertanian selama satu musim tanam pada komoditas tertentu dan berbasis kebutuhan riil informasi iklim pada sektor pertanian atau dinamakan SLI Operasional (SLI-O).
"SLI-O Lembang diikuti oleh 50 orang peserta yang terdiri atas 35 orang petani, 8 orang Petugas Penyuluh Lapangan (PPL/POPT) dan 7 orang lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ini diharapkan dapat membantu petani dalam memahami dan menerapkan informasi iklim BMKG untuk mendukung ketahanan pangan serta peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani," imbuh Djabariah.
Sebelum diadakan sesi materi, peserta diwajibkan mengerjakan pre-test untuk mengetahui materi yang akan diajarkan sudah dapat di kuasai oleh peserta. Pemateri dalam kegiatan ini diawali oleh Bubun Sugandi dari BPTPH Provinsi Jawa Barat. Peserta diberikan pemahaman berupa adaptasi mitigasi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) hortikultura terkait Perubahan Iklim di wilayah Lembang. Sesi berikutnya dilanjutkan oleh pemateri dari Stasiun Klimatologi Jawa Barat. Muhamad Murod mengenalkan berbagai macam alat ukur cuaca disertai praktik pengukuran curah hujan agar peserta lebih mendalami materi yang diberikan.
Pengenalan Informasi dan Prakiraan Iklim yang diberikan oleh Dwi Yoga Primartono serta materi Perubahan Cuaca dan Iklim Ekstrem oleh Asri Rachmawati semakin memperkaya khasanah keilmuan dengan pembawaan yang interaktif dan peserta membentuk kelompok kecil. Selain itu, peserta dapat diskusi dan kerjasama dengan kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pemateri.
Rangkaian acara diakhiri dengan post-test untuk memperoleh kompetensi akhir, seberapa banyak peserta menguasai materi pembelajaran yang sudah disampaikan. Apresiasi diberikan kepada peserta dengan dua nilai tertinggi, dilanjutkan dengan prosesi penutupan dan doa bersama.
"BMKG melakukan pembinaan dan pendampingan dengan memberikan peran seluas-luasnya kepada petani untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pengalaman dan memadukan informasi yang didapat dari pemandu dalam rangka adaptasi terhadap fenomena-fenomena iklim ekstrem melalui pemahaman dan pemanfaatan informasi iklim," pungkas Indra.