Jakarta, 18 Oktober 2024 - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), melalui Pusat Standarisasi Instrumen MKG, mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Laporan Hasil Survei Kegiatan Sesar Aktif 2024." Acara ini dihadiri oleh ahli dari institusi seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Pembangunan Nasional (UPNY), serta pejabat utama BMKG dan pimpinan unit teknis, menunjukkan betapa pentingnya pertemuan ini untuk mitigasi risiko gempa bumi di Indonesia.
Dalam sambutannya, Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menekankan urgensi pemetaan sesar aktif di Indonesia, mengingat banyak wilayah yang belum sepenuhnya teridentifikasi. "Data sejarah gempa bumi di Indonesia sangat terbatas, hanya mencakup kurang dari 100 tahun, sementara siklus gempa bumi bisa mencapai ratusan tahun. Hal ini membuat kita harus lebih waspada dalam mengidentifikasi potensi gempa," ujarnya.
Dwikorita juga menegaskan bahwa kajian sesar aktif berperan penting dalam mendukung sistem peringatan dini seperti Earthquake Early Warning System (EEWS) dan InaTEWS, terutama di wilayah padat penduduk dan infrastruktur strategis. "Identifikasi sesar aktif harus terus dilakukan seiring dengan pengembangan sistem peringatan dini gempa bumi, khususnya di wilayah berisiko tinggi seperti pusat ekonomi dan daerah padat penduduk," tambahnya.
Pusat Standarisasi Instrumen MKG menargetkan agar hasil survei ini dapat memberikan panduan komprehensif bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta pemangku kepentingan lainnya dalam menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Jangka Panjang. Wilayah prioritas yang dikaji meliputi Aceh, Jawa Barat/Banten, Jawa Timur (Probolinggo), Gorontalo, dan Maluku Utara, dipilih berdasarkan risiko gempa yang tinggi serta kepadatan penduduk dan infrastruktur di kawasan tersebut.
BMKG berharap kajian ini dapat memperkuat upaya mitigasi bencana dan menjadi bagian dari strategi pengurangan risiko gempa bumi di Indonesia. "Saya yakin kajian ini akan memberikan kontribusi signifikan dalam mitigasi gempa bumi. Dukungan para ahli dari universitas dan lembaga penelitian membuat saya optimis bahwa hasilnya akan sangat komprehensif," ujar Dwikorita, mengapresiasi peran semua pihak yang terlibat.
Pusat Standarisasi Instrumen MKG memandang FGD ini sebagai langkah penting dalam memperkuat basis data gempa bumi, yang akan berkontribusi pada kesiapsiagaan nasional menghadapi ancaman bencana. Kolaborasi lintas institusi dan kehadiran pakar diharapkan memberikan masukan berharga untuk pengembangan riset sesar aktif yang masih terus dilakukan.(*)