BMKG-NASA ARSET Air Quality Remote Sensing Training

  • Murni Kemala Dewi
  • 20 Mar 2018
BMKG-NASA ARSET Air Quality Remote Sensing Training

Jakarta, Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar kelima di dunia, saat ini menghadapi masalah kualitas udara yang kompleks. Perubahan komposisi kimia atmosfer, yang diakibatkan oleh aktivitas industri, kebakaran lahan dan hutan, letusan gunung berapi, pertanian intensif dan urbanisasi, maritim dan lalu lintas, telah menyebabkan peningkatan radiasi yang secara langsung dan tidak langsung berakibat pada peningkatan suhu bumi di masa depan, siklus hidrologi, dan degradasi kualitas udara. Selain itu, saat memasuki era perubahan iklim yang cepat, implikasi terhadap kualitas udara perlu dipahami dengan lebih baik, baik untuk tujuan pengelolaan kualitas udara dan sebagai salah satu konsekuensi sosial dari perubahan iklim.

Dengan bertambahnya populasi manusia, tekanan pada kualitas udara akan nyata karena aktivitas manusia menempati hampir setiap sudut ruang hidup bumi. Gangguan kualitas udara juga dapat meningkatkan ketegangan politik akibat polusi lintas batas. Sebagai contoh, letusan Gunung Agung di Bali yang menghasilkan abu dan asap dengan konsentrasi sulfur dioksida yang tinggi. Selain itu, kebakaran lahan dan hutan secara rutin terjadi hampir setiap tahun. Fenomena El Nino yang berkepanjangan menyebabkan musim kemarau yang lebih kering dan lebih lama, kebakaran lahan dan hutan yang terjadi pada tahun 2015 menjadi salah satu kebakaran terburuk yang pernah dialami Indonesia yang dipicu oleh El Nino.

Dengan berlatar belakang tersebut, BMKG dan NASA berinisiatif mengadakan "Training on Air Quality Remote Sensing" dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam memanfaatkan data satelit untuk pemantauan dan perkiraan kualitas udara, peringatan dini kebakaran hutan serta kejadian ekstrem lainnya. Pelatihan ini didukung juga oleh Kedutaan Amerika Serikat dan diselenggarakan di kantor Pusat BMKG pada tanggal 20 - 23 Maret 2018. 40 orang peserta yang mengikuti training berasal dari instansi pemerintah dan akademisi di dalam negeri seperti BMKG, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Universitas, dan LSM serta dari luar negeri (Malaysia, Filipina, Myanmar, Bangladesh, dan Vietnam).

Acara training dibuka oleh Deputi Bidang Klimatologi Drs. Herizal, M.Si dan dihadiri oleh Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa dan Jaringan Komunikasi, Drs. Untung Merdijanto, M.Si, perwakilan NASA yang diketuai oleh Dr. Bryan Duncan, serta Perwakilan dari Kedutaan Amerika Serikat, Mr. Jay Nair.

Dalam sambutannya, Deputi Bidang Klimatologi menyampaikan, bahwa training yang diadakan ini sangat penting artinya bagi Indonesia dan BMKG sebagai badan pemerintah yang memberikan informasi terkait cuaca, iklim dan kualitas udara. Bahkan untuk memperlihatkan dukungan pemerintah Indonesia terkait pengamatan perubahan kualitas udara, pemerintah Indonesia melalui BMKG telah membangun 3 Stasiun GAW (Global Atmosphere Watch) di Bukit Kototabang, Palu dan Sorong. Hasil dari pengamatan stasiun GAW ini menjadi salah satu data penting yang dimanfaatkan oleh World Data Center for Greenhouse Gases (WDCGG), World Radiation Data Center (WRDC), dan Carbon Cycle Greenhouse Gases (CCGG).

Dr. Bryan Duncan dari NASA menyatakan bahwa NASA sendiri telah terus menerus melakukan riset dalam rangka menciptakan alat atau instrumen yang canggih dan lebih terjangkau untuk memantau kualitas udara dan berharap agar data-data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk keberlangsungan planet bumi.

Sementara itu, Kedutaan Amerika Serikat mengucapkan terimakasih kepada BMKG atas penyelenggaraan workhsop ini bersama NASA dan mengatakan bahwa data-data satelit saat ini sudah sangat mudah diakses di beberapa website, sehingga dengan diselenggarakannya workshop ini bersama BMKG, peserta workshop dapat mengolah data-data satelit tersebut menjadi informasi yang berguna untuk memantau kualitas udara. (kd / zka)

Gempabumi Terkini

  • 19 April 2024, 14:22:55 WIB
  • 3.5
  • 6 km
  • 2.93 LS - 119.40 BT
  • Pusat gempa berada di darat 8 km Tenggara Mamasa
  • Dirasakan (Skala MMI): III Mamasa
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di darat 8 km Tenggara Mamasa
  • Dirasakan (Skala MMI): III Mamasa
  • Selengkapnya →

Siaran Pers