Kawasan Asia Tenggara-Pasifik Bangun Sistem Banjir Bandang

  • Dwi Rini
  • 12 Jul 2017
Kawasan Asia Tenggara-Pasifik Bangun Sistem Banjir Bandang

Jakarta, (12/7). Daerah Pasifik merupakan suatu kawasan yang rentan terhadap bencana alam. Letak geografis serta banyaknya jumlah penduduk menjadikan wilayah Pasifik sebagai daerah yang terancam dampak bencana hidrometeorologis seperti siklon tropis, gempa bumi, dan tsunami. Salah satunya kejadian banjir bandang yang sering melanda negara-negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik.

Kondisi ini tentunya menjadi fokus WMO (World Meteorological Oragniazation) bersama negara-negara di Asia Tenggara dan Pasifik (Oceania) untuk mengurangi resiko dampak kejadian bencana banjir bandang.

Guna mengurangi resiko kejadian bencana banjir bandang, maka perlu ditingkatkan sistem peringatan dini banjir bandang di Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik yang dinamakan Flash Flood Guidance System Project (FFGSP).

Inisiasi ini didukung oleh U. S National Weather Service, Hidrologic Research Center (HRC), U.S Agency for International Development (USAID)/ Office of U.S Foreign Disaster Assistance (OFDA).

Sistem FFGSP dapat memberikan panduan kepada prakirawan cuaca (forecaster) dalam membuat peringatan dini banjir baik pada skala regional maupun lokal perkotaan dengan memadukan penggunaan model-model hydrometeorologi, gabungan model hidrometeorologi lokal dan global, data geomorfologi, data topografi, citra satelit, Numerical Weather Prediction (NWP), dan Quatitative Precipitation Forecast (QPF) yang dapat diakses oleh pengguna jasa informasi cuaca

Tahun ini, Indonesia yang diwakili oleh BMKG menjadi tuan rumah penyelenggaraan kegiatan Steering Committee 1 Meeting Southeastern Asia-Oceania Flash Flood Guidance (SAOFFG) yang dilaksanakan dari 9-12 Juli 2017 yang didukung oleh WMO, US AID, HRC, NOAA dengan diikuti 35 peserta peserta dari negara Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Brunei Darussalam, seperti yang diutarakan Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Dr. Yunus Swarinoto , M.Si di depan media massa tadi siang.

"Saat ini, FFGSP mencakup 9 wilayah, yaitu Amerika Tengah, Haiti dan Republika Dominika, Wilayah Afrika Selatan, Laut Hitam dan Timur Tengah, Eropa Tenggara, Wilayah Asia Tengah, Asia Selatan, Komisi Sungai Mekong, dan Asia Tenggara-Oceania,"lanjut Yunus.

Sementara Ayhan Sayin (WMO) mengutarakan Indonesia dipercaya dan terpilih sebagai Regional Centre untuk SAOOFG, diharapkan dari kegiatan ini para peserta dapat berdiskusi untuk membahas peningkatan sistem peringatan dini banjir bandang di negara kawasan Asia Tenggara dan Oceania.

" Sistem peringatan dini banjir bandang ini memiliki tingkat keakurasian yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem peringatan dini banjir yang telah ada karena melalui sistem ini dapat mengupdate informasi di bawah 3 jam ini sehingga dapat memberikan informasi peringatan dini secara cepat, tepat, dan akurat kepada pemangku kepentingan," ujar Yunus.

"Sesuai data WMO (2008) dari 139 negara, terdapat 105 negara terindikasi berpotensi terjadinya banjir bandang, "tutur Ayhan Sayin, Perwakilan WMO.

Lebih lanjut Ia mengutarakan kejadian banjir bandang menempati posisi kedua kejadian bencana alam terparah di dunia yang perlu mendapatkan perhatian dunia karena kejadian ini dapat menyebabkan lebih dari 5.000 korban jiwa meninggal dan menyebabkan kerugian 1 juta USD.

Menurutnya kegiatan ini merupakan implementasi dari kongres WMO ke-15 tahun 2007 dengan harapan melalui sistem ini dapat memperkuat kemampuan National Meteorological and Hydrological Services (NMHSs) untuk mengeluarkan peringatan banjir bandang yang tepat waktu dan akurat yang nantinya diintegrasikan pada kegiatan operasional.

"FFGSP untuk mengurangi kerentanan wilayah dari dampak bencana hidrometeorologi ,khususnya banjir bandang, memperkuat kemampuan prediksi peringatan banjir bandang secara tepat dan akurat serta mengembangkan dan mengimplementasikan Regional Flash Flood Guidance (FFG) System, " ujar Ayhan Sayin.

Gempabumi Terkini

  • 19 April 2024, 14:22:55 WIB
  • 3.5
  • 6 km
  • 2.93 LS - 119.40 BT
  • Pusat gempa berada di darat 8 km Tenggara Mamasa
  • Dirasakan (Skala MMI): III Mamasa
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di darat 8 km Tenggara Mamasa
  • Dirasakan (Skala MMI): III Mamasa
  • Selengkapnya →

Siaran Pers