Webinar Pemanfaatan Data Proyeksi Iklim untuk Prediksi Potensi Bencana Hidrometeorologi Longsor

  • Rozar Putratama
  • 31 Mar 2022
Webinar Pemanfaatan Data Proyeksi Iklim untuk Prediksi Potensi Bencana Hidrometeorologi Longsor

Jakarta - Kamis ( 31/3) Sebagai rangkaian kegiatan peringatan Hari Meteorologi Dunia ke 72 tahun, Kedeputian Klimatologi melalui Pusat Informasi Perubahan Iklim mengadakan kegiatan webinar dengan tema Pemanfaatan Data Proyeksi Iklim untuk Prediksi Potensi Bencana Hidrometeorologi Longsor yang diselenggarakan secara hybrid.

Informasi perubahan iklim sangat penting sebagai referensi dalam perencanaan dan upaya adaptasi terutama pada sektor yang terdampak. Salah satu dampak perubahan iklim adalah semakin meningkatnya frekuensi kejadian iklim ekstrim yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan dan longsor.

Pusat Informasi Perubahan Iklim sebagai penyedia informasi perubahan iklim di BMKG memiliki tugas pokok dan fungsi membuat dan mendiseminasikan informasi perubahan iklim, informasi proyeksi iklim akan memiliki nilai tambah apabila dapat dikaitkan dengan sektor-sektor lain yang berhubungan sehingga informasi yang dihasilkan akan berguna bagi masyarakat dan stakeholder sebagai bahan referensi dalam pengambilan keputusan dan perencanaan di masa yang akan datang untuk mengurangi resiko bencana dari dampak perubahan iklim.

Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), seperti yang dinyatakan dalam Fifth Assessment Report (AR5) menyatakan bahwa pemanasan global telah menyebabkan perubahan cuaca dan iklim ekstrem. Kemungkinan frekuensi dan intensitas kejadian hujan lebat telah meningkat di lebih banyak wilayah daratan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini tentu akan berdampak buruk bagi wilayah yang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi untuk terjadi bencana hidrometeorologi. Peningkatan kejadian hujan ekstrem yang ekstrim akan menjadi pemicu terjadinya bencana. Curah hujan merupakan faktor pemicu utama terjadinya longsor (Guzzetti et al., 2007). Oleh karena itu, penting untuk memproyeksikan perubahan dari bencana tanah longsor dalam konteks pemanasan global.

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng karena gravitasi. Tanah longsor terjadi dalam waktu yang sangat singkat, menghancurkan desa dan kota dan membawa korban jiwa yang serius serta kerusakan infrastruktur (Segoni et al., 2018).

Memproyeksikan perubahan tanah longsor di masa depan sangat penting dalam melindungi kehidupan dan harta benda manusia, dan hal itu patut mendapat perhatian besar, terutama dalam konteks perubahan iklim global. FGD ini bertujuan untuk menjaring masukan dan saran terkait metodologi dan analisis yang tepat dalam memproyeksikan perubahan tanah longsor di Indonesia dengan memanfaatkan data proyeksi perubahan iklim di masa depan.

FGD Perubahan iklim pada kali ini bertujuan untuk :

  1. Untuk menjaring masukan dan saran dalam pembuatan peta proyeksi potensi longsor.
  2. Implementasi adaptasi dampak perubahan iklim khususnya potensi bencana hidrometeorologi longsor di masa depan
  3. Memberikan informasi perubahan iklim berupa kondisi iklim di masa depan
  4. Menyusun metodologi yang tepat dalam pembuatan peta proyeksi potensi longsor di masa depan

Adapun narasumber dalam kegiatan ini mengundang dari BMKG, BNPB, ITB, Balai Teknik Sabo dan PVMBG. Kegiatan yang berlansung selama kurang lebih 3 jam ini menghasilkan rekomendasi :

  1. Thresshold Curah Hujan dapat diuji dengan berbagai metode.
  2. Verifikasi dan validasi perlu dilakukan terhadap data downscaling, dan perbandingan antar-metode proyeksi sangat penting untuk dikembangakan.
  3. Treshhold hujan yang menyebabkan longsor adalah 56 mm/hari atau 128 mm dalam 3 hari.
  4. Dalam kaitannya dengna perubahan iklim, selain dengan mencoba input data proyeksi iklim ke dalam konsep early warning dan PUPR, mungkin perlu dikaji perubahan luas area luasan longsor di masa depan.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024