Training for Trainers Tsunami Evacuation Maps, Plans, and Procedures (TEMPP)

  • Rozar Putratama
  • 14 Nov 2017
Training for Trainers Tsunami Evacuation Maps, Plans, and Procedures (TEMPP)

Citeko - Senin (13/11) Tsunami Aceh 26 Desember 2004 silam telah membunuh lebih dari 230.000 jiwa, menelantarkan lebih dari 1 juta jiwa, dan meninggalkan jejak kerusakan sepanjang pantai di Samudra Hindia. Pada saat itu belum terdapat Sistem Peringatan Dini Tsunami di Samudra Hindia sehingga negara-negara di kawasan Samudra Hindia berkomitmen untuk merancang dan menerapkan Sistem Peringatan Dini Tsunami. Selain itu negara-negara di Samudra Hindia juga melakukan pengajuan pada Intergovernmental Oceanographic Commission /Komisi Kelautan Antar Negara (IOC) di UNESCO untuk membentuk Intergovernmental Coordination Group for the Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System / Kelompok Koordinasi Antar Negara untuk Sistem Peringatan Dini dan Mitigasi di Samudra Hindia (ICG/IOTWMS).

ICG/IOTWMS secara resmi didirikan oleh Resolution XXIII-12 pada Sidang IOC Juni 2005 di Paris. Sebuah sekretariat didirikan untuk memberi dukungan administratif dan untuk mengkoordinasikan kegiatan ICG/IOTWMS. Sekretariat ICG/IOTWMS bertempat dan berkedudukan atas dukungan Pemerintah Australia di Bureau of Meteorology Australia yang berlokasi di Perth. IOC-UNESCO juga telah mendirikan Indian Ocean Tsunami Information Centre / Pusat Informasi Tsunami Samudra Hindia (IOTIC) di Jakarta yang didukung oleh Pemerintah Indonesia. Kunci penting untuk melatih respon masyarakat agar melakukan tindakan tepat adalah dengan pelatihan dan pengembangan rencana evakuasi tsunami, peta, dan prosedur. International Tsunami Information Centre / Pusat Informasi Tsunami Internasional (ITIC) melaksanakan program pengembangan kapasitas yang berfokus pada evakuasi dan telah sukses diujicoba di Honduras dan Amerika Tengah pada tahun 2015-2017.

Kegiatan ini melatih negara-negara untuk menghasilkan peta evakuasi tsunami yang dapat diandalkan dan praktis, berbasis sains, dan berbasis masyarakat. Kursus ini berlaku secara global, dan menggunakan alat dan metode standar, serta praktik kerja yang memadai. Pada sesi ke-11 ICG / IOTWMS di Kuala Lumpur, Februari 2017, meminta IOTIC untuk melakukan kegiatan tahunan pengembangan kapasitas melalui program kerja sama BMKG dan IOC- UNESCO.

Program BMKG-IOTIC kini melakukan program pengembangan kapasitas dalam rencana evakuasi tsunami, peta, dan prosedur tsunami (TEMPP) di BMKG Citeko-Bogor untuk negara-negara anggota Samudera Hindia. Pelatihan ini akan memberikan metodologi proses perencanaan, informasi mengenai aspek teknis seperti pengembangan strategi evakuasi, tata ruang, desain peta dan prosedur evakuasi serta teknik fasilitasi untuk pendekatan partisipatif dan konsultatif di tingkat masyarakat.

  1. 13-15 November 2017: Tsunami Inundation Modeling/ Pemodelan Rendaman Tsunami.
  2. 16-17 November 2017: Inundation Mapping for Evacuation / Pemetaan Rendaman Tsunami untuk Evakuasi.
  3. 20-21 November 2017: Evacuation Mapping, Plans, Route, Signage and Tsunami Public Information/ Pemetaan Evakuasi, Perencanaan, Prosedur dan Informasi Tsunami Publik.
  4. 22-23 November 2017: Evacuation Response Plan, SOP, and Exercise Planning / Rencana Tanggap Darurat, Prosedur Operasional Standard dan Perencanaan Latihan.

Tujuan dari training ini adalah membangun kapasitas negara-negara anggota Samudra Hindia pada pemetaan, perencanaan, dan penyusunan prosedur Evakuasi Tsunami melalui penguatan materi pelatihan, modul dan metode pengiriman pada Peta, Rencana, dan Prosedur Evakuasi Tsunami. Sekitar 21 peserta dari 6 negara anggota IOTWMS (India, Indonesia, Malaysia, Maladewa, Oman, dan Seychelles) dan 11 narasumber akan terlibat pada pelatihan ini. Pada 27 Juni 2017, BMKG dan IOC-UNESCO menandatangani Perjanjian Kerjasama untuk mendukung pelaksanaan program IOTIC.

Perjanjian yang akan berlangsung selama 5 tahun ini akan berakhir pada tahun 2022 dengan kemungkinan diperpanjang bila dibutuhkan oleh negara-negara anggota. Pada kerjasama ini, BMKG menjadi tuan rumah untuk sekretariat Program BMKG-IOTIC yang didukung oleh oleh tiga staf BMKG yang diperbantukan untuk bekerja bersama Kepala IOTIC dalam pelaksanaan program dan kegiatannya. BMKG juga mendukung pendanaan untuk pelaksanaan program IOTIC antara lain: Annual Indian Ocean Regional Workshop (IORW); Annual Indian Ocean Capacity Building (IOCAP); Indian Ocean Tsunami Preparedness Studies and Research (IOSearch) dan mendukung pengembangan Indian Ocean Education and Awareness Material (IOTEAM)

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024