Tinjau Lokasi Terdampak Gempa Garut, Dwikorita Ingatkan Potensi Bencana Longsor

  • Dwi Herlambang Ade Putra
  • 30 Apr 2024
Tinjau Lokasi Terdampak Gempa Garut, Dwikorita Ingatkan Potensi Bencana Longsor

Garut, 29 April 2024. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meninjau Desa Sukawangi, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut. Desa tersebut merupakan salah satu lokasi terdampak akibat gempabumi M6,2 Garut, Sabtu (27/4) lalu.

Dalam kunjungannya, Dwikorita mengecek langsung kondisi lereng tanah dan batuan di sekitar pemukiman. Hasil peninjauan memperlihatkan bahwa desa yang berada di ketinggian 1.200 Mdpl tersebut mengalami retakan dan dikhawatirkan mengakibatkan bencana longsor atau bencana susulan setelah gempabumi.

"Kami melihat apa yang dikhawatirkan terjadi. Ada gejala lereng lengkung curam yang merupakan tanda-tanda di masa lalu pernah terjadi longsor atau runtuhan batuan bisa diakibatkan gempabumi maupun hujan--atau gempa yang disusul dengan hujan," kata Dwikorita.

Dalam upaya mitigasi pasca gempa, BMKG bergerak cepat melacak kemungkinan adanya gejala baru yang mengindikasikan potensi longsor. Meskipun saat ini belum ditemukan tanda-tanda baru, adanya potensi retakan yang masih bergerak menunjukkan bahwa situasi belum sepenuhnya aman, sehingga langkah-langkah mitigasi yang tepat perlu diambil.

Dwikorita menekankan pentingnya kewaspadaan bagi masyarakat terutama saat terjadi hujan. Warga yang tinggal di dekat lereng diminta untuk mengungsi sementara saat hujan deras terjadi untuk menghindari potensi bahaya longsor. Langkah-langkah ini dilakukan untuk memastikan keselamatan warga dan mencegah terjadinya korban jiwa atau kerugian material.

"Kami sampaikan juga ke camat dan BPBD, kalau hujannya sedang hingga lebat dimohon untuk warga yang tinggal di dekat lereng untuk menyingkir sementara atau mengungsi, lalu setelah hujan reda dan diperiksa tidak ada gejala longsor maka bisa kembali lagi," ujarnya.

Dwikorita mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan menghindari bangunan yang sudah mengalami kerusakan. Informasi hasil pengecekan dan rekomendasi mitigasi telah disampaikan kepada pihak terkait seperti camat, lurah, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut.

Selanjutnya BMKG akan melakukan langkah lanjutan sesuai dengan arahan dan koordinasi dengan pihak terkait guna memastikan keselamatan dan kesiapan dalam menghadapi potensi bencana pasca gempa di wilayah tersebut. Semua pihak diharapkan untuk tetap waspada dan mengikuti petunjuk yang telah diberikan untuk mengurangi risiko terhadap potensi bencana. (z/dh).

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024