Tingkatkan Sinergitas, BMKG Gelar Workshop Penguatan Kerja Sama

  • Ibrahim
  • 31 Mar 2021
Tingkatkan Sinergitas, BMKG Gelar Workshop Penguatan Kerja Sama

Jakarta - Biro Hukum dan Organisasi BMKG melalui Bagian Kerja Sama menggelar "Workshop Penguatan Kerja Sama Tahun 2021. Workshop yang berlangsung secara hybrid melalui video conference maupun tatap muka di Hotel Grand Mercure Harmoni, Jakarta selama 2 hari (31/03-1/4). Kegiatan ini juga mematuhi protokol kesehatan dengan tes swab antigen sebelum acara dimulai.

Workshop ini bertujuan untuk untuk dan memperkuat hubungan kerja sama dengan cara menggali peluang kerja sama, mendapatkan masukan, serta melakukan evaluasi atas implementasi kerja sama BMKG yang telah dilakukan dengan para mitra kerja samanya terutama Pemerintah Daerah (Pemda), Universitas, Media maupun swasta.

Plt. Kepala Biro Hukum dan Organisasi BMKG Darwahyuniati menyampaikan dalam laporan pembuakaannya bahwa workshop kali ini diikuti oleh perwakilan dari unit kerja di pusat, serta para Koordinator Provinsi Stasiun MKG seluruh Indonesia.

Sekretaris Utama BMKG Dwi Budi Sutrisno membuka secara resmi workshop secara virtual. Dalam sambutannya, Dwi Budi mengatakan bahwa untuk mencapai Visi, Misi dan Peta Rencana Penyelenggaraan MKG yang ditetapkan dalam Perpres No.37 Tahun 2018, salah satunya membutuhkan dukungan khusus dari Pemda dalam pemanfaatan lahan untuk penempatan peralatan dan pendirian lokasi stasiun pengamatan agar kerapatan jaringan untuk data dan informasi MKG semakin akurat dan handal.

"Dengan adanya dukungan dari Pemda khususnya pengamatan pada jaringan di BMKG diharapkan dapat menghasilkan informasi MKG yang lebih tepat, akurat, dapat meningkatkan pembangunan serta mendukung keselamatan jiwa di masing-masing daerah. Balai Besar MKG beserta UPT BMKG yang berada di daerah, siap melayani Pemerintah Daerah akan kebutuhan informasi MKG 24 jam, 7 hari dan 365 hari," ujar Dwi Budi.

Menutup sambutannya, Dwi Budi berharap workshop ini dapat menjadi media untuk berdiskusi secara aktif dan produktif dan dapat meningkatkan serta memperkuat kerja sama BMKG dengan berbagi mitranya, baik dengan Pemerintah Pusat, Daerah, Universitas, Media serta Swasta.

Pada kesempatan ini, turut serta hadir narasumber dari Kementerian Dalam Negeri, yaitu Dr. Prabawa Eka Soseanta, S.Sos., M.Si. selaku Direktur Dekosentrasi Tugas Pembantuan dan Kerja Sama Kementerian Dalam Negeri.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024