Tingkatkan Pengetahuan Petani Antisipasi Iklim Ekstrem, BMKG Gelar Sekolah Lapang Iklim di Magelang

  • Ibrahim
  • 04 Agu 2020
Tingkatkan Pengetahuan Petani Antisipasi Iklim Ekstrem, BMKG Gelar Sekolah Lapang Iklim di Magelang

Magelang - Dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati berkesempatan membuka kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tahap II Operasional, yang berlangsung di Desa Jogoyasan, Kecamatan, Ngablak, Kabupaten Magelang.

Selain Kepala BMKG, kegiatan ini juga dihadiri secara langsung oleh Kepala Dinas Pertanian Kab. Magelang Romza Ernawan mewakili Bupati Magelang. Melalui sambungan video conference juga turut hadir Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal serta Anggota Komisi V DPR RI, Sudjadi.

Kegiatan SLI berlangsung selama satu musim tanam atau sekitar 4 bulan, yang di mulai pada Selasa, (3/8). Tercatat sebanyak 30 orang, terdiri dari 6 kelompok tani dan juga didampingi oleh penyuluh tani di beberapa desa di Kec. Ngablak, Kab. Magelang berpartisipasi dalam SLI kali ini. Tanaman tomat adalah komoditas yang ditanam dalam kegiatan ini.

Sekolah Lapang Iklim bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan petani dalam memanfaatkan informasi iklim untuk mengantisipasi dan adaptasi terhadap kejadian iklim ekstrim.

Dalam sambutannya, Dwikorita menyampaikan bahwa SLI ini merupakan kegiatan praktek bersama antara BMKG dengan petani untuk memahami cuaca dan iklim, agar para petani mampu mensiasati jenis tanaman apa yang tepat untuk ditanam dalam kondisi musim kemarau.

"Pentingnya memahami cuaca dan iklim itu agar para petani dan penyuluh pertanian bisa memilih waktu tanam yang tepat, jenis dan pola tanaman yang seperti apa, agar produksi panennya lebih tahan dan lebih tangguh terhadap fenomena cuaca dan iklim yang akhir-akhir ini semakin tidak terduga", tutur beliau.

Ia juga mengatakan bahwa informasi terkait prediksi dan prakiraan cuaca seperti peringatan dini cuaca ekstrim dapat diterima seketika oleh para penyuluh tani, sehingga mereka bisa menyiapkan tanaman untuk menghadapi kondisi tersebut.

Dwikorita menjelaskan bahwa informasi tersebut dapat di ketahui melalui aplikasi Info BMKG, "Informasinya dapat dicari melalui aplikasi info BMKG yang tersedia di Google Play Store dan Apple App Store, setelah di download kemudian pilih wilayah Jawa Tengah, lalu cari Kecamatan Ngablak dan ketik nama desanya. Di sana anda bisa melihat prakiraan cuaca untuk tujuh hari kedepan seperti apa, suhunya berapa, hujannya bagaimana, kecepatan anginnya bagaimana. Semuanya anda bisa lihat melalui aplikasi InfoBMKG"

Mengakhiri sambutannya, beliau berharap melalui kegiatan ini para petani dan penyuluh pertanian bisa mandiri dalam menghadapi situasi ini karena informasinya sudah bisa mereka lihat langsung di aplikasi Info BMKG. "Jadi setelah SLI ini selesai, kami berharap para petani bisa mandiri dalam memahami cuaca dan iklim, termasuk bagaimana menghadapi kekeringan. Dan kami akan terus menyampaikan informasi terkait cuaca dan iklim ekstrem karena hal tersebut merupakan tugas dari BMKG," pungkas Dwikorita.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024