BMKG-OTGA Adakan Training on Ocean Forecast System-OFS

  • Rachmat Hidayat
  • 09 Agu 2021
BMKG-OTGA Adakan Training on Ocean Forecast System-OFS

Jakarta - Senin (9/8), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bekerjasama dengan dengan Ocean Teacher Global Academy (OTGA) menyelenggarakan Training on Ocean Forecast System (OFS) secara online yang dibuka secara resmi oleh Sekretaris Utama BMKG Ir. Dwi Budi Sutrisno, MSc mewakili Kepala BMKG.

Kegiatan pembukaan pelatihan ini, dengan turut mengundang Dr. Greg Reed selaku Program Manager IOC-OTGA, perwakilan dari LIPI sebagai RTC OTGA, perwakilan Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI serta diikuti 60 peserta perwakilan yang ditunjuk untuk mengikuti pembelajaran dasar laut Forecast System (OFS) dari dalam negeri juga berbagai negara di lima benua, di seluruh dunia dengan keseluruhan 14 negara diantaranya Bangladesh, India, Republik Islam Iran, Malaysia, Myanmar, Oman, Pakistan, Filipina, Federasi Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Srilanka, Thailand dan Indonesia.

pada kesempatan itu, Sekretaris Utama BMKG bahwa BMKG sangat berterima kasih dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada program OTGA dan Tim, atas dukungan dan kesempatan dari UNESCO/IOC Specialized Training Center (STC) Indonesia sehingga dapat terselenggara pelatihan secara online sebagai bagian dari Ocean Teacher Global Academy (OTGA).

sambungnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan otoritas mitra dalam upaya penyediaan informasi meteorologi laut yang berpotensi menjadi informasi penting untuk cuaca - sensitif iklim sektor. Untuk memastikan kebutuhan tersebut dapat terpenuhi, BMKG mengoperasikan Sistem Prakiraan Laut.

Sistem ini menyediakan informasi penting tentang sirkulasi laut, suhu laut, gelombang laut, arus laut, salinitas da n permukaan laut dalam hal mendukung informasi cuaca laut dan jasa. Produk OFS dibutuhkan di banyak sektor seperti perikanan, kelautan,transportasi, pariwisata, pembangunan dan infrastruktur laut, ilmu kelautan, survei kelautan, minyak dan gas, pelacakan tumpahan minyak dan benda, serta Search and Rescue. papar Dwi Budi.

lanjutnya, Hal ini Menjadi bagian dari kawasan Pasifik Barat, STC Indonesia mengusulkan untuk mengambil peran dalam kapasitas pengembangan khususnya pada ilmu meteorologi kelautan dan bahaya laut. Ini sejalan dan akan menjadi bagian dari rencana aksi yang dirumuskan dalam Dekade Ilmu Kelautan PBB untuk perkembangan Berkelanjutan. Terletak di benua maritim dengan karakteristik lingkungan alam yang unik dan ditantang oleh terjadinya peristiwa multibencana, ilmuwan BMKG memupuk keahlian khusus dari pengalaman kami dalam hal cuaca, iklim, gempa bumi dan tsunami, serta menjadi praktisi di lapangan.

Sehubungan dengan itu, dwi budi menjelaskan selaku OTGA STC, BMKG melihat potensi kontribusi dalam mengembangkan kapasitas terutama membantu negara lain untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan dalam bidang kehidupan bawah air dan program terkait perubahan iklim.

Oleh karena itu, kami sangat bangga menjadi bagian dari Ocean Teacher Global Academy, yang bergengsi platform pembelajaran internasional memenuhi misi IOC dalam pengembangan kapasitas. Di antara yang luas berbagai mata pelajaran yang dilayani oleh OTGA, tahun ini STC Indonesia menawarkan dua mata kuliah tentang kelautan prakiraan cuaca dan bahaya laut, dalam hal ini tsunami. paparnya.

Kami berharap dalam pelatihan ini, 60 peserta yang ditunjuk untuk mengikuti pembelajaran dasar laut Forecast System (OFS), memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memvisualisasikan dan memanfaatkan keluaran model sehingga mereka dapat menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh di negara asal mereka.

selain itu, Saya juga berharap tema OFS dalam hal metodologi, pengetahuan dan aplikasi disampaikan dalam ini program pelatihan akan dapat diterapkan serta meningkatkan pengembangan kapasitas dan meningkatkan efisiensi untuk mendukung meteorologi laut di masa mendatang. Seperti yang kita pahami tingkat Implementasi OFS di setiap negara berbeda, saya mendorong Anda semua di sini untuk memaksimalkannya, gunakan kesempatan ini untuk bertukar dan berbagi pengalaman, analisis, keterampilan, dan pelajaran dengan baik, melalui pelatihan ini.

Pelatihan di laksanakan selama 2 minggu ke depan dari tanggal 9 - 20 Agustus 2021 full secara online dapat menghasilkan Pengantar Model Laut Dalam Mendukung Prakiraan Laut, Konsep Dalam Dalam Pembangunan OFS dan Panduan Visualisasi dan Pemanfaatan Output Model Prakiraan Laut.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024