The Online Essential Training Programme on Climate Projection

  • Ayu Isrianti Putri
  • 14 Sep 2022
The Online Essential Training Programme on Climate Projection

Jakarta, Pemerintah Indonesia (Kementerian Luar Negeri RI dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika RI/ BMKG) dengan United Nations Development Programme Indonesia Representative Jakarta (UNDP) bekerjasama menyelenggarakan program pelatihan internasional "The Essential Online Training Programme on Climate Projection". kegiatan ini diikuti oleh 15 (lima belas) Forecaster dan staf kantor pemerintah yang telah diseleksi dari Negara-Negara anggota Regional Association/ RA V WMO.

Sebagai wujud kontribusi Pemerintah RI dalam pengembangan kompetensi SDM bagi negara kawasan Asia-Pacific, pelatihan ini juga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kapasitas Anggota di Regional Association V (South-West Pacific) WMO, tentang variabilitas dan perubahan iklim, iklim ekstrim, dan dampaknya terhadap sektor serta pengembangan proyeksi iklim untuk negara mereka.

peserta mempelajari pengetahuan dasar tentang proyeksi iklim menggunakan penurunan skala statistik dinamis dan penggunaan proyeksi iklim di beberapa negara, sebagai contoh proyeksi masa depan perubahan pola curah hujan dan suhu untuk tujuan mitigasi iklim dan bagaimana proyeksi iklim dilakukan di Indonesia.

15 peserta yang berpartisipasi tersebar dari 7 (tujuh) negara yaitu Brunei Darussalam (dua peserta), Indonesia (empat peserta), Malaysia (dua peserta), Filipina (tiga peserta), Timor-Leste (dua peserta), Papua Nugini (satu peserta), dan Vanuatu (satu peserta).

Pembukaan pelatihan telah dilaksanakan pada tanggal 12 September 2022 diawali dengan sambutan oleh Mr. Siprianus Bate Soro selaku Team Leader DGPRU of UNDP Indonesia, dilanjutkan sambutan dari Pelaksana Harian Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG (Bapak Dr. Urip Haryoko, M.Si), dan selanjutnya dibuka oleh Ibu Yomi Ayu Lestari, Deputy Director for International Development Cooperation of the Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia.

Keberhasilan dari pelatihan dapat dilihat dari kemampuan peserta dalam mendeskripsikan Iklim ekstrem, variabilitas iklim, dan dampaknya terhadap sektor; mengetahui konsep skenario iklim, proyeksi iklim, prediksi iklim dan variabilitas iklim; mengetahui Indeks iklim dan Proyeksi iklim; mengetahui layanan informasi iklim di Indonesia (prakiraan bulanan dan musiman);mengetahui penerapan proyeksi iklim di Indonesia; dan memotivasi peserta untuk merencanakan pembelajaran tentang proyeksi iklim.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024