The 2nd International Conference on Tropical Meteorology and Atmospheric Science (ICTMAS) 2021

  • HB Risya
  • 26 Mar 2021
The 2nd International Conference on Tropical Meteorology and Atmospheric Science (ICTMAS) 2021

Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, bekerjasama dengan Departemen Meteorologi dan Geofisika IPB University serta Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (STMKG) menyelenggarakan kegiatan The 2nd International Conference of Tropical Meteorology and Atmospheric Science (ICTMAS) pada tanggal 23 - 25 Maret 2021 secara virtual dan disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube @infobmkg.

Tujuan dari kegiatan ini adalah berbagi pengetahuan terkini dan promosi penelitian-penelitian sains dan teknologi pada bidang meteorologi tropis dan ilmu atmosfer, ICTMAS ini juga bertujuan untuk memperkuat kolaborasi internasional dalam penelitian dan pendidikan, dan juga akan menyampaikan semangat untuk menumbuhkan generasi baru ilmuwan dalam bidang meteorologi, ilmu atmosfer, dan semua disiplin terkait.

Kegiatan ICTMAS 2021 ini diawali dengan Laporan Komite Penyelenggara oleh Dr.Nelly Florida Riama (Kepala Puslitbang BMKG). Selanjutnya, Welcoming Speech oleh Rektor IPB University Prof. Arif Satria dan Opening Speech disampaikan oleh Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D.

Keynote Speech dalam kegiatan ini disampaikan oleh Menteri Riset dan Teknologi / Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Bambang Brodjonegoro, Dr. Kunio Yoneyama selaku Direktur Department of Coupled Ocean-Atmospheric-Land Processes Research - Jamstec, dan Kepala LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin dengan moderator Dr. Andi Eka Sakya (Perekayasa Utama BPPT).

Konferensi "The 2nd International Conference on Tropical Meteorology and Atmospheric Science (ICTMAS)" ini juga bertepatan dengan perayaan Hari Meteorologi Dunia, yang diadakan setiap tanggal 23 Maret tiap tahunnya, dengan tema tahun ini adalah "The Ocean, Our Climate and Weather". Topik ini mencerminkan tentang cuaca, iklim dan laut yang diinisiasi oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).

ICTMAS 2021 ini menghadirkan beberapa narasumber dari institusi-institusi ternama, seperti BPPT, IPB University, BMKG, Universitas East Anglia, LAPAN, Universitas Wageningen, UKMO, Rice University, The State University of New Jersey, Texas A&M University, NOAA, JAMSTEC, dan Sun Yat-Sen University.

Konferensi ini juga dihadiri oleh para professor, peneliti senior beserta peneliti-peneliti muda dari dalam dan luar negeri dalam satu pertemuan yang mencakup semua disiplin ilmu meteorologi tropis dan ilmu atmosfer, dan berbagi pengetahuan di bidang terkait untuk dapat mempresentasikan dan mendiskusikan ide-ide terkini. Untuk acara konferensi ini terdiri dari sesi pleno dan sesi paralel yang dibagi dalam lima topik yaitu Basic Sciences, Modelling, Observation, Extreme Event dan Services. Untuk sesi paralel terdapat dua jenis presentasi, yaitu presentasi oral dan poster.

Kegiatan ini juga mendapat sambutan dan animo masyarakat yang cukup tinggi dengan diikuti oleh ratusan peserta dalam zoom meeting serta ribuan viewer di kanal youtube @infobmkg

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024