Terima Tamu dari Universitas Samudra, BMKG Fokus Kembangkan Kapasitas SDM dan Riset di Aceh

  • Kholis Nur Cahyo
  • 22 Nov 2023
Terima Tamu dari Universitas Samudra, BMKG Fokus Kembangkan Kapasitas SDM dan Riset di Aceh

Jakarta, 22 November 2023 - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berkesempatan menerima kunjungan dari tim delegasi Universitas Samudra. Dalam pertemuan yang berlangsung di ruang rapat lantai 12 BMKG, Sekretataris Utama BMKG, Dwi Budi Sutrisno menyambut delegasi yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Hamdani, M.T., IPM, selaku rektor Universitas Samudra.

Fokus bahasan pada kesempatan ini adalah rencana kerjasama pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi antara BMKG dan Universitas Samudra. Sejumlah inisiatif yang menjadi pembicaraan melibatkan implementasi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, kolaborasi riset dalam bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika, serta penyelarasan praktisi sebagai tenaga pengajar.

Dwi Budi menjelaskan kepada pihak Universitas mengenai potensi kerjasama yang saling menguntungkan di berbagai bidang. "Kami menyoroti pentingnya sinergi dalam pelaksanaan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, sebagai langkah konkrit untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian di bidang ilmu atmosfer," imbuhnya.

Kerjasama yang telah terjalin sebelumnya, seperti magang mahasiswa di stasiun BMKG di Provinsi Aceh, adalah contoh nyata dari kolaborasi ini. Mahasiswa dilibatkan dalam pengamatan langsung di Stasiun Meteorologi Sultan Iskandar Muda dan Stasiun Geofisika Aceh Besar, menciptakan laboratorium belajar yang nyata dan relevan.

Selanjutnya, BMKG dengan senang hati membahas kolaborasi riset yang melibatkan kedua belah pihak, dengan harapan dapat menghasilkan temuan dan inovasi yang signifikan dalam pemahaman tentang cuaca, iklim, gempabumi, dan tsunami di wilayah yang rawan bencana alam.

Dwi Budi juga menggarisbawahi bahwa kerjasama ini bukan hanya sebatas dokumen formal, melainkan langkah nyata untuk menjawab tantangan iklim di Aceh. "Kami percaya bahwa dengan menggabungkan keahlian akademis Universitas Samudra dan pengalaman praktis BMKG, kita dapat menciptakan solusi inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat," ungkapnya.

Apresiasi BMKG diberikan terhadap usulan dari Universitas Samudra, termasuk pembuatan Lapangan Pemantauan Iklim di kampus mereka. Peralatan pengamatan yang telah dimiliki oleh universitas tersebut diharapkan dapat ditingkatkan dengan penitipan peralatan tambahan dari BMKG, menciptakan pusat riset yang komprehensif di Aceh.

Gempabumi Terkini

  • 21 Mei 2024, 02:42:13 WIB
  • 5.3
  • 10 km
  • 9.28 LS - 112.61 BT
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 127 km tenggara Kabupaten Malang
  • Dirasakan (Skala MMI): III Karangkates, II Malang, II Jember, II Kepanjen, II Kuta
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024