BMKG Sambut Delegasi Hakim Asia Pasifik dalam Lokakarya Terkait Perubahan Iklim

  • Valdez Dwi Hapsah Oktavianey
  • 02 Nov 2023
BMKG Sambut Delegasi Hakim Asia Pasifik dalam Lokakarya Terkait Perubahan Iklim

Jakarta, 02 November 2023 - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Sekretaris Utama BMKG Dwi Budi Sutrisno menerima kunjungan Hakim Mahkamah Agung dari Indonesia dan negara tetangga yang terdiri dari 30 hakim Indonesia dan 10 hakim internasional. Kesempatan ini dimanfaatkan untuk berinteraksi dan berdiskusi mengenai hal terkait perubahan iklim.

Turut hadir delegasi dari Hakim Tinggi Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Pelatihan Hukum dan Peradilan, Mahkamah Agung Indonesia, Dr. Sriti Hesti Astiti S.H., M.H., Hakim senior Mahkamah Agung Indonesia, Perwakilan dari Pusat Hukum Lingkungan Hidup Indonesia. Sementara itu, pihak BMKG dihadiri Plt. Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim, Fachri Radjab beserta staf dari Kedeputian Bidang Klimatologi.

Sebagai lembaga yang mendapat mandat untuk mengamati, menganalisis, dan menyebarluaskan informasi iklim, BMKG telah melakukan upaya selama beberapa dekade terakhir untuk berkontribusi aktif terhadap isu perubahan iklim di tanah air, regional, dan global. BMKG juga telah melakukan upaya untuk meningkatkan literasi masyarakat umum untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas mengenai isu-isu terkait perubahan iklim.

Dalam sambutannya Dwi Budi menyampaikan agar kunjungan ini menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan pemahaman para hakim terkait perubahan iklim, yang telah menjadi isu penting dalam konteks hukum dan kebijakan.

"Kepada peserta studi lapangan, saya mendorong Anda untuk menggali informasi yang tersedia di BMKG dan melakukan diskusi yang bermanfaat," pungkasnya.

Kunjungan ke BMKG bertujuan untuk mendapatkan informasi ilmiah tentang perubahan iklim. Selain itu, delegasi mengunjungi ruang operasional meteorologi, klimatologi, dan geofisika sebagai latar belakang penguatan penegakan hukum khususnya terkait isu perubahan iklim di Indonesia dan negara tetangga bagi hakim yang fokus terhadap lingkungan hidup.

Dalam paparannya yang berjudul "Science Based Climate Change Monitoring and Its Support for Adaptation and Mitigation" Ardhasena menjelaskan pentingnya pemantauan berbasis ilmiah terhadap perubahan iklim dan dampaknya dan cara ini mendukung upaya adaptasi dan mitigasi. Keputusan dan tindakan yang dibuat berdasarkan data ilmiah dapat membantu melindungi dan meminimalkan dampak perubahan iklim.

Awal kolaborasi yang baik ini membangun pemahaman dalam bekerja sama demi adaptasi terhadap kondisi cuaca, iklim, dan gempabumi serta tsunami yang berdampak kepada lingkungan untuk mewarisi generasi mendatang. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan wawasan para hakim terkait ilmu dan permasalahan perubahan iklim sehingga dapat menjadi salah satu landasan yang baik dalam menyelesaikan berbagai gugatan kasus lingkungan hidup.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024