Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat Adakan SLI Operasional di Kabupaten Sintang, Petani Pahami Iklim untuk Produktivitas Pertanian

  • Kholis Nur Cahyo
  • 09 Jun 2023
Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat Adakan SLI Operasional di Kabupaten Sintang, Petani Pahami Iklim untuk Produktivitas Pertanian

Sintang (06 Juni 2023) - Kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2023 telah diselenggarakan di Desa Kebong, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang. Kegiatan pembukaan SLI Operasional dihadiri secara langsung oleh Bupati Sintang, dr. H. Jarot Winarno, M. Med.PH., Kepala Balai Besar MKG Wilayah II, Hartanto, S.T, M.M, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sintang, Martin Nandung, S.Sos, M.Si, serta tamu undangan lainnya.

Kegiatan SLI diawali dengan pembacaan laporan pelaksanaan kegiatan SLI oleh Kepala Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat, Luhur Tri Uji Prayitno, SP, M.Ling. Dalam laporannya disebutkan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan SLI ini mengusung tema "Tingkatkan Pemahaman Iklim, Petani Pintar dan Sejahtera". Tujuan SLI yaitu memberi edukasi terhadap masyarakat petani khususnya, agar mereka mengenal cuaca dan iklim serta dapat mengantisipasi jika terjadi iklim ektrem. SLI merupakan salah satu upaya BMKG dalam meningkatkan pemahaman mengenai literasi iklim sekaligus diseminasi informasi iklim kepada pengguna di bidang pertanian untuk dapat meningkatkan hasil produksi.

Bupati Sintang, dr. H. Jarot Winarno, M. Med.PH. dalam sambutan sekaligus pembukaan menyampaikan bahwa masyarakat petani peserta SLI diharapkan untuk mengikuti kegiatan SLI dengan semangat. Disampaikan pula untuk menambah pengetahuan tentang cuaca dan iklim perlu belajar dengan BMKG. Dia berharap hasil tani yang dihasilkan di Desa Kebong, Kecamatan Kelam Permai berlimpah setiap tahun seperti di Pulau Jawa.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sintang, Martin Nandung, S.Sos, M.Si dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kecamatan Kelam Permai memiliki potensi bagus untuk pertanian sawah di Kabupaten Sintang. Ia berharap para petani dapat mentransfer pengetahuan mereka tentang iklim pada para petani lainya di Kabupaten Sintang, sehingga dapat meningkatkan produktifitas hasil pertanian.

Kemudian, lebih lanjut Kepala Balai Besar MKG Wilayah II, Hartanto, S.T, M.M menambahkan bahwa perubahan iklim semakin nyata sehingga pengelolaan pertanian dapat menyesuaikan dengan kondisi iklim terkini. SLI dapat membantu petani memahami informasi iklim untuk mendukung kegiatan pertanian, seperti dalam menentukan awal tanam serta memilih varietas tanaman yang tepat, berdasarkan variabilitas iklim dan kondisi iklim saat ini. Bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sintang, diharapkan SLI dapat memberikan korelasi positif terhadap peningkatan hasil panen. Setelah pembukaan kegiatan SLI dilaksanakan, kemudian dilakukan kegiatan tanam perdana oleh tamu undangan dan peserta SLI.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024