Soft Launching Network Operations Center (NOC) Pusat Jaringan Komunikasi, Kedeputian Instrumentasi Kalibrasi Rekayasa dan Jaringan Komunikasi BMKG

  • Kharis Ardiansyah
  • 23 Nov 2023
Soft Launching Network Operations Center (NOC) Pusat Jaringan Komunikasi, Kedeputian Instrumentasi Kalibrasi Rekayasa dan Jaringan Komunikasi BMKG

JAKARTA (22 November 2023), Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa, dan Jaringan Komunikasi BMKG DR. Muhamad Sadly melakukan "Soft Launching" operasionalisasi Network Operation Center (NOC) BMKG yang akan dimanfaatkan sebagai pusat kendali sistem monitoring jaringan aloptama dan manajemen layanan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) serta infrastruktur Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (MKG) selama 24/7. Beberapa hal yang menjadi latar belakang soft launching NOC ini adalah : NOC yang dikelola Pusjarkom sebelumnya sudah tidak optimal, bertambahnya sistem peralatan MKG yang perlu dimonitoring secara real time 24/7, tuntutan penanganan gangguan TIK yang cepat, tuntutan peningkatan penanganan cyber security, serta perlu adanya sistem monitoring terpadu.

Rancangan NOC ini meliputi: Command center, Help desk, Flexible working space, VIP Meeting room, Ruang pendukung lainnya. Command Center meliputi: Memonitor jaringan secara realtime, Manajemen jaringan komunikasi, Manajemen firewall, Troubleshooting, Analisis gangguan, Intrusion prevention system (IPS), Incident response, Membuat laporan dari performa dan kualitas jaringan.

Soft launching NOC hari ini merupakan tanda dimulainya operasional NOC secara resmi yang memiliki beragam fitur baru untuk mendukung operasional Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (MKG) dalam pengumpulan dan penyebaran data dan informasi MKG secara cepat, tepat, akurat dan terpadu. NOC juga berperan penting dalam menjaga keamanan jaringan melalui pemantauan, analisis ancaman, dan operasi keamanan (cyber crime).

Menurut Dr. Muhamad Sadly, Pembangunan NOC BMKG ini dilakukan dalam 2 fase, pada fase 1 tahun 2023 dilakukan pembangunan ruang operasional, ruang pertemuan dan konsolidasi serta pemasangn perangkat keras sistim Monitoring secara real time dengan teknologi terkini. Pembangunan fase ke 2 dilaksanakan pada tahun 2024 (Januari-Maret) meliputi finalisasi seluruh fasilitas, sarana dan prasarana NOC. "Grand Launching" NOC akan dilakukan oleh Kepala BMKG pada bulan Maret 2024 mendatang.

Disamping NOC, Deputi Bidang inskalrekjarkom juga melakukan soft launching beberapa produk Inovasi lainnya seperti INA Switching BMKG, Sistem SSO BMKG, dan BMKG New Website Prototype. Dalam acara Soft Launching NOC ini, Deputi Inskalrekjarkom didampingi oleh Kepala Pusat Jaringan Komunikasi, Kepala Pusat Database, Kepala Pusat Instrumentasi, Kalibrasi, dan Rekayasa, beserta tim Teknis pengembang NOC.

Sistem NOC ini merupakan sistem yang modern yang sarat dengan teknologi maju (advanced technology) yang akan memperkuat operasional MKG di BMKG dengan dukungan SDM yang handal dan terpercaya.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024