SLI Tahap 2 Pemahaman Iklim Untuk Penyuluh Lapangan

  • Taufiq Kurniawan
  • 06 Apr 2017
SLI Tahap 2 Pemahaman Iklim Untuk Penyuluh Lapangan

Bogor - Kamis (6/4), BMKG memberikan pemahaman iklim kepada Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)/ Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Provinsi Jawa Barat melalui kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tahap 2 (SLI Tahap 2). Para PPL / POPT ini nantinya akan menjadi user interface yang dapat menyampaikan informasi iklim dari BMKG kepada para petani.

Kegiatan SLI Tahap 2 ini diikuti 25 orang PPL/POPT dari Kab. Majalengka, Kab. Sumedang, Kab.Kuningan, Kab. Cirebon, Pabrik Gula Subang dan Pabrik Gula Jatitujuh Majalengka. Kegiatan SLI dilaksanakan selama empat hari di Hotel Permata Bogor (5-8/4). Kegiatan tersebut dibuka oleh Kabid. Informasi Iklim Terapan Marjuki, M.Si.

Pada kesempatan itu, Marjuki menyampaikan bahwa ancaman serius bagi para petani adalah banjir dan kekeringan. Sebagaimana informasi dari BNPB yang menyebutkan bencana Hidrometeorologi mendominasi di Indonesia sebanyak 95 persen (Periode 2002-2015). Dampak bencana tersebut pada sektor pertanian adalah gagal panen yang mengakibatkan kerugian petani dan ancaman terhadap ketahanan pangan nasional.

Kemudian, Marjuki menyampaiakan bahwa bibit, lahan dan irigasi dapat dikelola manusia, tetapi tidak untuk iklim. Kondisi iklim yang berubah dan beragam tidak dapat dikelola manusia. Manusia bisa beradaptasi dengan memahami informasi iklim. Namun informasi iklim yang diberikan BMKG belum dapat dimaksimalkan oleh para petani karena terdapat kesulitan penyampaian informasi kepada para petani. Untuk itu BMKG berharap para PPL/POPT peserta SLI ini dapat membantu menyampaikan informasi iklim tersebut kepada para petani.

Peserta SLI diberikan pemahaman mengenai informasi iklim, pembentukan awan dan hujan, mengenal alat ukur cuaca dan hujan serta kalibrasinya. Selain itu, peserta juga diberikan pemahaman terkait pengaruh cuaca/iklim terhadap hama dan penyakit tanaman, penggunaan informasi iklim untuk mengatur strategi pola dan jadwal tanam serta kearifan lokal, neraca air lahan dan manfaatnya untuk menentukan kebutuhan air irigasi. Kegiatan SLI ini menggunakan metode partisipatif untuk mengembangkan rasa memiliki dan keterlibatan peserta dalam proses pembelajaran.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024