Siswa SD Alam Tangerang Mekar Bakti Mempelajari Ilmu Gempa dan Cuaca

  • Judith Marris
  • 08 Mar 2024
Siswa SD Alam Tangerang Mekar Bakti Mempelajari Ilmu Gempa dan Cuaca

Jakarta, 7 Maret 2024 - Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kesadaran terhadap fenomena alam serta memberikan pengalaman belajar yang mendalam tentang cuaca, gempa bumi dan tsunami, Siswa SD Alam Tangerang Mekar Bakti melakukan kunjungan edukatif ke Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Sejumlah 28 siswa didampingi 7 guru berkumpul di Ruang Media Center untuk mendapatkan materi tentang gempa dan cuaca. Dimulai dengan sesi pemaparan materi tentang cuaca yang disampaikan oleh Petugas Tim Produksi Cuaca, Siskaria. Penjelasan yang detail dan menarik membuat siswa semakin paham tentang bagaimana cuaca diprediksi dan dipantau. Sesi selanjutnya mengeksplorasi gempa bumi dan tsunami, yang dijelaskan oleh Petugas Bidang Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami, Syafira Ajeng Aristy dimana siswa diberikan pemahaman tentang penyebab fenomena alam serta cara mitigasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam.

"Penyebab berbagai fenomena alam seperti gempa bumi dan tsunami bisa berasal dari aktivitas geologis yang kompleks," jelas Syafira. "Untuk menghadapi ancaman tersebut, penting bagi kita untuk memiliki rencana mitigasi yang kuat, termasuk pembangunan infrastruktur yang tahan gempa, sistem peringatan dini yang efektif, serta peningkatan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat," tambahnya.

Salah satu kegiatan yang paling ditunggu-tunggu adalah Simulator Gempa Bumi. Puncak kegembiraan terjadi ketika para siswa menginjakan kaki. Kegembiraan dan decak kagum bergema saat siswa satu per satu merasakan simulasi gempa bumi yang realistis, Sebuah pengalaman yang menggugah rasa ingin tahu dan memperkuat pemahaman para siswa tentang gempa bumi.

Setelah merasakan sensasi simulasi gempa, kunjungan belum berakhir. Para siswa meneruskan kunjungan ke Museum Geofisika, siswa terpesona dengan berbagai alat yang memperlihatkan sejarah dan perkembangan ilmu geofisika. Diberikan penjelasan mendetail, siswa semakin terbuka wawasannya dan memperkaya pengetahuan tentang dunia ilmu geofisika khususnya alat-alat seismograf yang berfungsi untuk mencatat gempa bumi.

Perjalanan berlanjut menuju Taman Alat Meteorologi, dimana siswa mendapat kesempatan untuk melihat langsung dan mempelajari berbagai instrumen yang digunakan dalam pengamatan cuaca. Kegiatan ini tidak hanya menambah wawasan siswa tentang teknologi pengamatan cuaca tetapi juga menginspirasi mereka tentang pentingnya pengamatan alam untuk kesejahteraan bersama.

Penutup dari kunjungan yang penuh inspirasi ini adalah penyerahan piagam SD Alam Tangerang Mekar Bakti kepada BMKG, sebuah simbol apresiasi dan terima kasih atas pengetahuan yang telah dibagi. Momen ini diabadikan dalam sebuah foto bersama, menandakan akhir dari sebuah hari yang tidak hanya penuh dengan belajar, tapi juga penuh dengan kegembiraan dan keajaiban. Tidak hanya meninggalkan kesan mendalam bagi para siswa, tapi juga menjadi bukti betapa pentingnya menjembatani ilmu pengetahuan dengan generasi muda, membangkitkan rasa ingin tahu dan mendorong para siswa untuk lebih mencintai dan menghargai dunia sekitar.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024