Sekretaris Utama BMKG: Membentuk Sosok-sosok Pemimpin Perubahan dan Pemimpin yang Mampu Menghadapi Tantangan yang Semakin Kompleks dan Berubah dengan Cepat

  • Rachmat Hidayat
  • 03 Jul 2023
Sekretaris Utama BMKG: Membentuk Sosok-sosok Pemimpin Perubahan dan Pemimpin yang Mampu Menghadapi Tantangan yang Semakin Kompleks dan Berubah dengan Cepat

Bogor, Senin (3/7) - Dalam rangka mendukung terwujudnya World Class Bureaucracy disetiap Instansi Pemerintahan, diperlukan sosok pejabat pengawas yang memainkan peran awal bagi keberlangsungan unit organisasi, yaitu dalam pengendalian pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana dalam memberikan pelayanan publik, sebagaimana di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Manajemen PNS.

Untuk Memenuhi kompetensi Pejabat Pengawas sesuai standar, Pusat Pendidikan Dan Pelatihan BMKG menggelar Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP) Angkatan X Tahun 2023 yang di laksanakan di Gedung Serbaguna Citeko Bogor selama 104 hari kerja dengan jumlah pelajaran sebanyak 905 JP dan diikuti sebanyak 30 peserta pegawai yang berasal dari Pusat dan Perwakilan dari Balai I sampai dengan V di lingkungan BMKG.

Tujuan penyelenggaraan Pelatihan Kepemimpinan Pengawas dimaksudkan untuk mengembangkan kompetensi peserta dalam rangka memenuhi standar kompetensi manajerial pengawas dan diharapkan memiliki kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku seorang PNS yang dapat diamati diukur dalam melaksanakan tugas jabatannya.

Pada kesempatan Pembukaan Pelatihan, Sekretaris Utama BMKG Dwi Budi Sutrisno menyampaikan secara detail mengapa perlu diadakan Pelatihan Kepemimpinan Pengawas diantaranya yakni Mendukung terwujudnya world class bureaucracy; Menciptakan Pejabat Pelaksana Pelayanan Publik yang mempunyai kemampuan sebagai pengendali pelaksanaan kegiatan pelayanan publik; Memenuhi kompetensi Pejabat Pengawas sesuai standar kompetensi Manajerial Jabatan Pengawas; dan Menjamin terwujudnya akuntabilitas jabatan pengawas sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Manajemen PNS.

Dwi Budi Sutrisno menegaskan bahwa BMKG sedang memformulasikan RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) Periode 2024 - 2029 dengan menetapkan 5 (lima) isu besar, yang membutuhkan penanganan secara komprehensif, terpadu, dan berkelanjutan, yaitu:

  1. Peningkatan Pelayanan Prima, Spesifik dan Tematik sesuai kebutuhan masyarakat pengguna informasi BMKG.
  2. Peningkatan Kualitas Data melalui Implementasi Quality Management System (QMS)
  3. Modernisasi dan otomatisasi sarana operasional, memanfaatkan Artificial Intelligent, Big Data dan Internet of Thing.
  4. Penataan organisasi BMKG untuk mendukung kebijakan Pemerintah penyederhanaan struktural birokrasi (Organisasi yang Modern dan Agile).
  5. Peningkatan kualitas SDM berbasis sistem merit menuju smart ASN, melalui Program SDM Unggul.

Melalui PKP Angkatan X Tahun 2023, Dwi Budi Sutrisno berharap dapat membentuk sosok-sosok pemimpin perubahan (agent of Change), yaitu Pemimpin Perubahan yang Adaptif (adaptive leadership). Pemimpin agile adaptive yang mampu menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan berubah dengan cepat. Pada akhirnya akan mampu mendorong percepatan BMKG menuju Global Player.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024