Sekolah Lapang Nelayan Provinsi DIY

  • Rozar Putratama
  • 20 Mar 2019
Sekolah Lapang Nelayan Provinsi DIY

Yogyakarta - Minggu (17/3) Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman nelayan terhadap informasi cuaca dan iklim di bidang kelautan bagi para nelayan, petugas penyuluh lapangan perikanan dan instansi-instansi yang bergerak disektor perikanan kelautan maka BMKG Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta mengadakan Sekolah Lapang Nelayan (SLN). SLN tahun 2019 ini mengambil tema "Melalui Sekolah Lapang Nelayan Kita Tingkatkan Diseminasi Dan Sosialisasi Layanan Informasi Meteorologi Maritim".

Kegiatan SLN tersebut diselenggarakan pada tanggal 17-20 Maret 2019 di Hotel Tara Kota Yogyakarta. Kegiatan SLN ini dihadiri oleh 25 peserta yang merupakan perwakilan dari nelayan (16 Orang), petugas penyuluh lapangan perikanan (2 Orang), petugas pelabuhan ikan (1 orang) dan petugas tempat pelelangan ikan (6 orang), dimana keseluruhan peserta berasal dari Kabupaten Gunung Kidul D. I. Yogyakarta

Kegiatan SLN dibuka oleh Sekretaris Daerah D. I. Yogyakarta Ir. Gatot Saptadi dan dihadiri oleh Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D.; Dekan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Dr. Jamhan, Sp., Mp; Direktur Akademi Perikanan D. I. Yogyakarta Ir. Harits Noordin, M.Sc.; Kasie TPT Dinas Kelautan dan Perikanan D. I. Yogyakarta; Kepala Tata Usaha Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Ciputat; Kasie Pengendalian dan penangkapan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gunung Kidul; Koordinator BMKG Propinsi Jawa Tengah, Koordinastor BMKG D. I. Yogyakarta dan seluruh Kepala UPT Jawa Tengah dan D. I Yogyakarta. Untuk lebih memeriahkan acara pembukaan, para hadirin dan peserta SLN disuguhi hiburan tari Pangastuti.

Dalam sambutannya Kepala BMKG mengatakan bahwa Pemasan global dan perubahan iklim berpengaruh terhadap peningkatan cuaca/iklim ekstrim. Fenomena Madden Jullian Oscillation (MJO) yang saat ini aktif di atas wilayah Indonesia telah memberikan dampak banjir dibeberapa wilayah di Pulau Jawa dan Papua. Disamping itu beliau mengatakan bahwa BMKG telah memberikan informasi cuaca/iklim yang dapat dimanfaatkan oleh para nelayan dalam aktivitasnya.

Dalam sambutannya Kepala Sekretaris Daerah D. I. Yogyakarta mengatakan bahwa sektor kelautan merupakan salah satu sektor perekonomian yang penting di wilayah Yogyakarta. Namun adanya cuaca ekstrim yang berdampak pada berkurangnya hasil tangkapan ikan dapat menimbulkan inflasi wilayah D. I. Yogyakarta. Pada kesempatan ini, beliau atas nama pemerintah D. I. Yogyakarta mengucapkan terima kasih kepada BMKG yang telah menyelenggarakan SLN ini, semoga SLN ini bisa meningkatkan pemahaman para peserta sehingga pada akhirnya dapat mengetahui waktu terbaik untuk menangkap ikan atau sebaliknya mengetahui potensi cuaca ekstrim yang dapat mengancam jiwa para nelayan.

Dalam kegiatan SLN ini, para peserta dibekali berbagai pengetahuan terkait informasi cuaca iklim kelautan dan gempa bumi tsunami. Kegiatan SLN yang dilaksanakan ini diharapkan para peserta lebih paham terhadap fenomena cuaca/iklim maupun gempa bumi tsunami yang dapat mempengaruhi aktivitas mereka dilaut. Selain itu, diharapkan para nelayan dapat mengetahui potensi-potensi yang menguntungkan maupun potensi-potensi kebencanaan yang mungkin terjadi berkaitan dengan kondisi cuaca maupun gempa bumi tsunami. Pada akhirnya, diharapkan para nelayan lebih peduli terhadap informasi cuaca/iklim maupun gempa bumi tsunami yang dikeluarkan BMKG dan diharapkan pula para peserta dapat menularkan pengetahuan dan pengalamannya selama mengikuti SLN BMKG kepada rekan-rekan mereka.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024