Rekonsiliasi Laporan Keuangan Semester II Tahun Anggaran 2019 di Lingkungan Balai Besar MKG Wilayah II

  • Hatif Thirafi
  • 12 Feb 2020
Rekonsiliasi Laporan Keuangan Semester II Tahun Anggaran 2019 di Lingkungan Balai Besar MKG Wilayah II

Karanganyar - Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II menyelenggarakan Rekonsiliasi Laporan Keuangan Semester II Tahun Anggaran 2019 di Hotel Lorin Solo, Karanganyar. Kegiatan yang akan berlangsung selama 4 hari yaitu pada tanggal 11-14 Februari 2020 ini dilaksanakan untuk menyusun laporan keuangan yang transparan, kredibel, dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.

Mengusung tema "Pertahankan WTP Melalui Penyusunan Laporan Keuangan yang Akuntable dan Berkualitas", kegiatan ini diikuti oleh peserta yang terdiri dari petugas SAI SAKPA dan SIMAK BMN, Kepala UPT/KPA di lingkungan Balai Besar MKG Wilayah II, Instruktur dari kantor BMKG pusat, serta supervisor dari DJPB dan DJKN Kementerian Keuangan.

Pembukaan acara rekonsiliasi keuangan ini dihadiri langsung oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati didampingi oleh Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly, Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu, Kepala Pusar Pendidikan dan Latihan, dan Ketua Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Kepala Balai Besar MKG Wilayah II, Hendro Nugroho mengawali acara dengan menyampaikan laporan penyelenggaraan kegiatan Rekonsiliasi Laporan Keuangan. Hendro mengatakan bahwa tujuan dan hasil akhir yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah untuk Mempertahankan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) serta meningkatkan keahlian dan kemampuan personil/petugas SAKPA dan SIMAK BMN, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan professional.

Deputi Bidang Geofisika Muhamad Sadly dalam sambutannya menyampaikan bahwa target yang ingin dicapai dengan dilaksanakannnya rekonsiliasi keuangan adalah kembali meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk kelima kalinya secara berturut-turut. Untuk itu, Sadly menginstruksikan agar penyusunan laporan harus dikerjakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Muhamad Sadly juga menekankan poin yang menjadi fokus BMKG, yaitu pengembangan kapasitas SDM atau smart SDM, dan penataan organisasi sesuai dengan arahan Presiden RI. Hal ini untuk mewujudkan target BMKG 5 tahun ke depan yaitu BMKG berkelas dunia dengan jiwa socio-enterpreneur.

Selepas membuka cara dengan pemukulan gong, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memberikan arahan singkat kepada peserta kegiatan rekonsiliasi keuangan. Dwikorita menyoroti masalah ASN BMKG yang bertugas di wilayah terpencil dan terluar Indonesia.

"BMKG ini ada dimana mana, bahkan di daerah-daerah 3T justru banyak UPT BMKG disana. Tentu akan lebih baik jika terdapat tunjangan resiko atau semacamnya untuk ASN kita yang bertugas disana. Itu akan kami perjuangkan," jelasnya.

Namun, menurut Dwikorita, hal ini tentu bukan menjadi penghalang untuk terus melakukan inovasi. Keterbatasan baik dari sisi penugasan maupun anggaran bukanlah sebuah hambatan untuk menemukan ruang dalam berinovasi.

"Kita harus tetap semangat, seperti apapun kondisi kita tetap harus berinovasi, tidak hanya teknologi tapi juga dalam hal kerja sama. Seperti contoh kerja sama dengan pihak MRT dan pihak-pihak lain yang sifatnya kerja sama premium. Sehingga kita benar-benar bisa mewujudkan spirit dari melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia," jelas Dwikorita.

Dalam kesempatan tersebut, juga dilaksanakan peluncuran karya inovasi dari Stasiun Klimatologi Yogyakarta yaitu peringatan dini potensi longsor di Yogyakarta berbasis data pengamatan radar cuaca yang disebut SIPORA. Data pengamatan hujan oleh radar cuaca dikonversi menjadi mm/jam, kemudian intensitas hujan yang tercatat dalam beberapa hari akan digunakan untuk memberikan peringatan longsor, terutama jika terjadi di daerah perbukitan, lereng, dan pegunungan.

"Sebelumnya kita juga sudah punya produk serupa yaitu Signature BMKG yang jangkauannya seluruh wilayah Indonesia. SIPORA yang dikembangkan untuk wilayah Yogyakarta ini lebih presisi dan resolusinya lebih tajam hingga tingkat kecamatan sampai desa, karena basis informasinya menggunakan data radar cuaca," ungkap Dwikorita.

Meskipun baru akan diterapkan di wilayah DIY, tidak menutup kemungkinan ke depan akan diaplikasikan di seluruh wilayah Indonesia yang terdapat radar cuaca. Saat ini situs SIPORA belum bisa diakses publik, baru bisa diakses oleh stakeholder maupun petugas yang terkait dengan penanganan bencana khususnya longsor di wilayah DIY.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024