Rangkaian Kegiatan Tim Kalibrasi Seismik di Stasiun Geofisika dan Site InaTEWS 2016

  • Petugas Web
  • 19 Apr 2016
Rangkaian Kegiatan Tim Kalibrasi Seismik di Stasiun Geofisika dan Site InaTEWS 2016

Kegiatan safari kalibrasi seismic yang dilakukan secara estafet dibagi dalam 7 tim yang terdiri 4 orang untuk masing-masing team, Tim 1 menyelesaikan kalibrasi di Bandar Lampung (BLSI), Kota Agung (KASI) Liwa (LWSI), Kotabumi (KLSI) dan Stasiun Geofisika Kotabumi pada tanggal 5-10/04/2016 dan telah melakukan serah terima kepada Tim 2 pada tanggal 11/04/2016. Untuk selanjutnya Tim 2 melakukan kalibrasi di lokasi Muara Dua (MDSI), Manna (MNAI), Lahat (LHSI) dan pada tanggal 15/04/2016 dilakukan serah terima dengan Tim 3, kemudian Tim 3 akan melakukan kalibrasi di lokasi Bengkulu (UBSI-Pengecekan), Kepahyang (KSI), dan Stasiun Geofisika Kepahyang. Selain dari personil Bidang Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Peralatan Geofisika, personil dari Stasiun Geofisika Kotabumi dan Stasiun Geofisika Kepahyang ikut serta mendampingi Tim Safari Kalibrasi. Team safari kalibrasi tahap I ini menggunakan jalur darat untuk dapat menjangkau stasiun-stasiun seismic InaTEWS di wilayah Sumatera. Total Stasiun seismik yang di kalibrasi sebanyak 20 site yang tersebar di beberapa propinsi di Sumatera, Lampung, Bengkulu, Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Tujuan Seismometer yang di kalibrasi adalah untuk mengetahui nilai sensitivitasnya, sehingga dengan diketahuinya nilai sensitivitas baru diharapkan proses analisa seismik lebih akurat. Kalibrasi seismometer dilakukan dengan metode absolute dan relative. Metode kalibrasi absolute adalah metode komparasi yang digunakan pada seismometer di Site Bandar Lampung , Kota Agung , Liwa , Lahat dan Bengkulu. Pada site KLI (Kotabumi) seismometer trillium-120P dikalibrasi dengan metode relative, yakni dengan men-generate sinyal sinewave dari function generator yang terdapat pada digitizer Taurus, tentu saja function generator ini telah terkalibrasi sebelumnya sehingga diketahui nilai koreksi dan ketidakpastiannya. Kalibrasi relative atau sering disebut juga dengan Kalibrasi sine, dapat dilakukan pada seismometer yang memiliki calibration coil di dalamnya , yang secara langsung menginduksi main coil. Metode yang sama juga dilakukan untuk stasiun MNAI (Manna) yang menggunakan Seismometer STS2 dan KSI (Kepahyang) yang menggunakan Seismometer Trillium-120P.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024