Rakernis/Rakorwil Balai Besar MKG Wilayah III

  • Murni Kemala Dewi
  • 04 Apr 2017
Rakernis/Rakorwil Balai Besar MKG Wilayah III

Kupang, (3/4) / Bertempat di Hotel Swiss Bell Kristal, Kupang, dari tanggal 2-5 April, Balai Besar MKG (BBMKG) Wilayah III, menyelenggaran Rapat Kerja Tenis (Rakernis)/ Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) dengan mengangkat tema " Melalui Rakernis/Rakorwil Balai Besar MKG Wilayah III Tahun 2017, Kita Wujudkan Perencanaan Program dan Penyusunan Anggaran Yang Efektif, Efisien, dan Akuntabel Untuk Penuntasan Pondasi Modernisasi Layanan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ".

Acara dibuka dengan laporan dari Kepala BBMKG Wilayah III, Drs. M. Taufik Gunawan,Dipl.SEIS , yang menyampaikan bahwa tujuan dilaksanakannya Rakernis/Rakorwil tahun 2017 di BBMKG Wilayah III adalah :

1. Untuk menindaklanjuti hasil rapat evaluasi kegiatan TA.2016 dan hasil rapat Perencanaan Nasional (Rapernas) BMKG 2017 dengan mengimplementasikan kebijakan pemerintah dan kebijakan BMKG (Kepala BMKG, kebijakan teknis kedeputian, dan kebijakan kesekretariatan tahun 2018);

2. Untuk mengindentifikasi permasalahan tahun 2016 dan 2017 dalam rangka perbaikan penyusunan RKA-SK tahun 2018;

3. Disiplin pelaksanaan dan perencanaan anggaran secara tertib, berjenjang dan sistimatis termasuk proses koordinasi, konsolidasi dan sinkronisasi untuk penyusunan dan penelaahan RKA-SK tahun 2018, tingkat nasional, Balai Besar Wilayah III, Koordinator Provinsi dan Unit Pelaksana Teknis.

Selanjutnya, acara pembukaan dilanjutkan dengan sambutan dari Deputi Bidang Meteorologi, Dr. Yunus Subagyo Swarinoto, M.Si yang dalam sambutannya membacakan amanat dari Kepala BMKG, Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng. Dalam amanat tersebut, KBMKG menyampaikan beberapa instruksi yakni :

1. Agar dilakukan evaluasi pelaksanaan anggaran tahun 2016 secara komprehensif, dan agar permasalahan dan kendala yang terjadi tidak terulang lagi di tahun anggaran masa mendatang. Kendala dan permasalahan tersebut biasanya disebabkan oleh 4 faktor, yaitu : institusional, struktural, kultural dan faktor geografis.

2. Mempersiapkan pelaksanaan anggaran tahun 2017 secara cermat, mulai dari laporan kesiapan, pengadaan barang/jasa, pencatatan asset BMN, pelaporan serta pengendalian dan pengawasan.

3. Merencanakan anggaran tahun 2018 secara integral, dengan melakukan sinkronisasi kebijakan top down dan usulan buttom-up, selaras dengan dokumen perencanaan jangka panjang, jangka menengah, jangka tahunan serta membuat daftar urutan prioritas kegiatan yang mendukung prioritas nasional.

Acara pembukaan Rakernis/ Rakorwil di BBMKG Wilayah III dihadiri oleh 48 KUPT diseluruh BBMKG Wilayah III, PPK Pendamping, tim dari BMKG Pusat serta beberapa mantan KUPT se provinsi NTT.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024