Periode Nataru, BMKG Sosialisasi Antisipasi Cuaca Ekstrem di Pelabuhan Merak

  • Dwi Herlambang Ade Putra
  • 22 Des 2023
Periode Nataru, BMKG Sosialisasi Antisipasi Cuaca Ekstrem di Pelabuhan Merak

Banten - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meninjau persiapan Pelabuhan Merak, Banten, dalam menyambut arus mobilisasi masyarakat dalam periode Hari Raya Natal 2023 dan Tahun baru 2024. Dalam kesempatan ini, Dwikorita bersama Balai Pengelola Transportasi (BPTD) Kelas II berkoordinasi dalam mengantisipasi cuaca buruk angkutan Nataru.

"Tujuannya adalah memastikan kelancaraan angkutan pada momen Nataru agar tidak ada kendala saat terjadi cuaca buruk," kata Dwikorita, Kamis (21/12).

Untuk memastikan semua berjalan lancar, pada momen ini BMKG dan BPTD turut melakukan pengecekan simulasi untuk mengamankan kondisi penyeberangan kapal di pelabuhan saat terjadi bahaya. Bahaya yang bisa saja terjadi adalah cuaca ekstrem, gelombang tinggi, dan arus kuat.

Dwikorita menambahkan, saat ini BMKG dan BPTD juga sudah melakukan join Strandar Operasional Prosedur (SOP) dalam hal mengamankan penyeberangan. SOP ini menjadi tolok ukur dan pijakan bagi seluruh stakeholder yang terlibat untuk mengetahui perannya masing-masing agar pada saat pelaksanannya tidak terjadi kendala.

Pada periode Nataru tahun ini, Dwikorita berpesan kepada masyarakat yang akan menggunakan layanan Pelabuhan Merak untuk mematuhi informasi yang diberikan oleh petugas di lapangan. Di sisi lain, masyarakat juga bisa mengakses informasi cuaca di laman resmi InfoBMKG dan BPTD. Kedua platform tersebut bisa dijadikan rujukan masyarakat sebelum melakukan perjalanan.

Selain masyarakat, BMKG juga meminta kepada operator kapal penyeberangan untuk mematuhi informasi cuaca BMKG dan tidak memaksakan diri untuk berlayar jika kondisi cuaca buruk sedang terjadi. Karena seyogianya, keselamatan dan kenyamanan masyarakat adalah prioritas bersama.

Selain meninjau posko Pelabuhan Merak, Banten, Dwikorita juga mengunjungi Stasiun Meteorologi Serang untuk mengecek kesiapan petugas BMKG dalam memberikan informasi kepada masyarakat.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024