Peningkatan Kompetensi Prakirawan Meteorologi Penerbangan

  • Rachmat Hidayat
  • 26 Jun 2019
Peningkatan Kompetensi Prakirawan Meteorologi Penerbangan

Jakarta - Pusat Meteorologi Penerbangan melaksanakan kegiatan Workshop Peningkatan Kompetensi Prakirawan Meteorologi Penerbangan dengan tema "Strengthen Awareness Of The Hazardous Aviation Weather Information" di Ruang Lili 2 Hotel Grand Orchadz Jakarta.

Workshop yang dilaksanakan dari tanggal 25-28 Juni 2018, resmi dibuka oleh Deputi Bidang Meteorologi BMKG Drs. Mulyono Rahadi Prabowo, MSc (Selasa (25/6) dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan terhadap regulasi dan metode pembuatan serta desiminasi dari produk-produk informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca signifikan, serta pertukaran informasi baik antar UPT Stasiun Meteorologi Penerbangan dengan Kantor Pusat BMKG.

Mengacu pada pelaksanaan Annex 3 to the convention on International Civil Aviation Meteorological Service for International (ICAO), Prabowo mengatakan saat pembukaan bahwa mewajibkan seorang prakirawan di Stasiun Meteorologi mempunyai tugas memberikan pelayanan meteorologi penerbangan untuk melaksanakan pengamatan secara terus menerus dan memberikan informasi cuaca, khususnya fenomena berbahaya yang harus dilaporkan kepada para pengguna jasa. "Bahasa pelaporan fenomena ini telah di atur oleh ICAO sehingga informasi yang dibutuhkan diharapkan sampai ke para pengguna jasa", imbuhnya.

Lebih lanjut, Prabowo mengutarakan peran dari para prakirawan Stasiun Meteorologi Penerbangan adalah untuk melaksanakan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. PM 95 Tahun 2018 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil, Bagian 174 tentang pelayanan informasi meteorologi penerbangan. "setiap prakirawan di Stasiun Meteorologi Penerbangan mampu memberikan informasi Aerodrome Warning, Wind Shear Warning, dan Tanda Bahaya serta informasi SIGMET", ujarnya

Dengan diselenggarakannya workshop ini, Prabowo berharap kepada para prakirawan selaku pelaksana maupun BMKG Pusat sebagai regulator pelayanan informasi meteorologi penerbangan dapat mencapai suatu kesepahaman mengenai aturan dan standar pelaksanaan pelayanan informasi sesuai dengan regulasi internasional, sehingga kualitas pelayanan baik kepada user maupun kepada stakeholder dapat ditingkatkan, terlebih kepercayaan dunia international terhadap layanan informasi meteorologi penerbangan di Indonesia semakin baik.

Workshop Peningkatan Kompetensi Prakirawan Meteorologi Penerbangan diikuti 74 peserta terdiri dari 26 orang Forecaster Stasiun Meteorologi Penerbangan Se Indonesia, 3 orang Forecaster TNI AU (Halim, Malang dan Yogjakarta), 5 orang Taruna STMKG dan 33 Orang dari BMKG Pusat.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024