Pengurus Korwil IKAMEGA Jatim Telah Terbentuk

  • Ayu Isrianti Putri
  • 08 Mei 2018
Pengurus Korwil IKAMEGA Jatim Telah Terbentuk

Sidoarjo, Senin (07/05/2018) Rapat Pembentukan Pengurus Koordinator Wilayah Ikatan Alumni Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA) Provinsi Jawa Timur telah dilaksanakan, rapat yang berlangsung di Aula Kantor Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya dihadiri oleh seluruh KUPT Provinsi Jawa Timur dan pegawai alumni STMKG Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya. Rapat dipimpin oleh Kepala Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya Mohammad Nurhuda, ST. dan didampingi oleh Kepala Seksi Data & Informasi Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya Taufiq Hermawan, ST., MT.

Dalam rapat tersebut dihasilkan susunan kepengurusan Koordinator Wilayah Ikatan Alumni Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA) Provinsi Jawa Timur sebagai berikut :

Dewan Kehormatan :

Ketua : Drs. Syamsul Huda, M.Si.

Anggota : Hasan Risahondua, SH.

Drs. Imam Mashudi, Arif Triono, ST.

Widodo, ST.

Drs. Endro Tjahyono,

Bambang Prasetyo, SH.

Dewan Pembina :

Ketua : Mohammad Nurhuda, S.T.

Anggota : Musripan, SE.

Hartendra, SE.

Supriono, ST.MM.

Muh. Chudori, ST

Pengurus Harian

Ketua : Suwardi, S.Si.

Sekretaris : Taufiq Hermawan, ST., MT.

Bendahara : Swasti Ayudiya P., S.Si.

Anggota : Usman Kholid,M.Si.

Ahmad Bisri, ST.

Desindra Deddy Kurniawan, SP.

Joko Budi Utomo, ST.

Rofiq Isa Mansur, S.Si.

Intan Paramajanti Tri Daryati

Iwan Setiawan

Dengan terbentuknya kepengurusan Koordiantor Wilayah Ikatan Alumni Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA) Provinsi Jawa Timur ini diharapkan dapat mempererat tali silaturahmi dan memantapkan jiwa korsa antar alumni sehingga Ikatan Meteorologi dan Geofisika semakin solid. Koordinator Wilayah IKAMEGA Provinsi Jawa Timur selain dibentuk sebagai wadah yang dapat memfasilitasi para alumni, eksitensinya juga penting untuk menyamakan visi antara senior-junior dan saling mendukung.

Selain itu juga dapat menggalang sinergi dan menghimpun saran dan masukan dari para alumni untuk ikut berkontribusi dalam mendukung proses pembelajaran di STMKG, yang notabene merupakan lembaga formal pencetak kader-kader BMKG. Dengan terbentuknya kepengurusan ini artinya Koordinator Wilayah IKAMEGA Provinsi Jawa Timur siap ikut memulai mewujudkan mimpi besar, kombinasi mimpi-mimpi besar IKAMEGA, BMKG, dan STMKG untuk kemajuan kita bersama. Dan diharapkan kedepannya para alumni dapat mengisi jabatan - jabatan penting baik di Intern BMKG maupun di luar BMKG.

Rapat ditutup foto bersama dengan pengurus Koordinator Wilayah Ikatan Alumni Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA) Provinsi Jawa Timur.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024