Penguatan Kerjasama BMKG dengan Para Mitra Kerja

  • Rozar Putratama
  • 24 Apr 2019
Penguatan Kerjasama BMKG dengan Para Mitra Kerja

Jakarta - Rabu (24/4), Di era digital 4.0 dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, membangkitkan semangat bagi BMKG untuk terus mengembangkan hubungan kerjasama dengan para mitra kerjanya, terutama untuk penyebarluasan informasi meteorologi, klimatologi dan geofisika.

Kegiatan penandatanganan Memorandum Of Understanding antara BMKG dengan 10 mitra kerja Kementerian/Lembaga, lembaga penyiaran dan media massa dilaksanakan di hotel mercure pada kegiatan RAKORNAS BMKG tahun 2019.

Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc, P.hD dalam sambutannya menjelaskan "saat ini kita tidak bisa memungkiri usia bumi kita sudah semakin tua, dan bencana yang melanda saat ini semakin kerap terjadi. Itu tidak menyurutkan niat kami untuk tetap melaksanakan memberikan layanan Informasi MKG terutama yang berkaitan dengan kebencanaan sesuai amanat UU no 31 tahun 2009. Hal ini bukan hanya sebagai tanggung jawab kami, tetapi juga merupakan sebagai sebuah tantangan untuk disikapi dengan cepat".

Lebih lanjut beliau menegaskan "melalui RAKORNAS ini kami menitik beratkan untuk pembangunan SMART SDM. Yang kami butuhkan untuk SMART SDM kali ini adalah SDM yang mampu bekerja dalam kondisi stress, karena SOP pertama untuk kerja stress kita harus kerja keras dan harus siap untuk menjadi yang disalahkan" ujar Dwikorita menutup sambutannya.

Sebelum menutup sambutannya Dwikorita menyampaikan pada RAKORNAS 2019 kami melakukan kerjasama Pentahelix dengan melakukan penandatangan kerjasama dengan 10 mitra kerja yang terdiri dari akademis, lembaga penyiaran dan media massa dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat bangsa Indonesia sesuai dengan amanat undang - undang".

Mitra kerja yang turut serta dalam kegiatan penandatangan MOU ini antara lain BAKAMLA, BSN, BPS, LAPAN, UniBraw , LPP RRI, Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, MNC media, STIMIK 10 November Jayapura, dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

Ruang lingkup penandatangan kerjasama ini adalah Penelitian dan pengembangan tekonologi di bidang MKG, pengembangan kapasitas SDM, serta penyediaan data dan / informasi MKG.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024