Penandatanganan MOU Antara BMKG dengan 2 Pemprov Sulawesi Selatan, Pemkab Tojo Una-Una dan Universitas Muslim Maros

  • Rozar Putratama
  • 22 Jul 2019
Penandatanganan MOU Antara BMKG dengan 2 Pemprov Sulawesi Selatan, Pemkab Tojo Una-Una dan Universitas Muslim Maros

Makassar, (16/7) BMKG yang diwaliki oleh Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Darwahyuniati, SH,MH bersama Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan yang diwakili oleh Asisten I Bidang Pemerintahan, Haji Andi Aslam Patonangi SH,M.Si, Bupati Tojo Una-Una, Muhammad Lahay,SE, MM dan Rektor Universitas Muslim Maros, Prof. Nurul Ilmi Idrus, M.Sc., P.hD, bersama-sama menandatangani MoU tentang " pemanfaatan dan penyebarluasan informasi di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika " sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Penyelenggaraan meteorologi, kimatologi, dan geofisika diantaranya bertujuan untuk mendukung keselamatan jiwa, melindungi kepentingan dan potensi nasional dalam rangka peningkatan keamanan dan ketahanan nasional, serta mendukung kebijakan pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Ruang lingkup MoU ini, meliputi:

  1. Pertukaran data dan/atau informasi;
  2. Pemanfaatan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
  3. Pemanfaatan sarana dan prasarana;
  4. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia;
  5. Penelitian dan pengembangan bersama; dan
  6. Kegiatan lain yag masih dalam lingkup kesepakatan bersama.

Penandatanganan MoU bertepatan dengan kegiatan Rekonsiliasi Laporan Keuangan Semester I Tahun 2019, inspektur BMKG, Bapak Dr. Suko Adi Prayitno, S.Si, M.Si dan Kepala Balai Besar Wilayah IV, Bapak Darmawan S.Si, M.Si, ikut menyaksikan langsung penandatanganan MoU tersebut.

Asisten I bidang Pemerintahan Propinsi Sulawesi Selatan dalam sambutannya, mengucapkan terima kasih kepada BMKG atas informasi cuaca dan iklim yang mendukung meningkatnya produksi udang windu di kabupaten Pinrang. Sejak tahun 2016, BMKG telah berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan Sekolah Lapang Phronima Suppa dimana BMKG memberikan sosialisasi tentang informasi cuaca dan iklim. Hasil dari sekolah lapang ini adalah meningkatnya produksi udang windu organik di Pinrang hingga sekitar 350% dan membuat Kab. Pinrang berhasil melakukan ekspor udang windu organik ke Jepang. Langkah selanjutnya ekpor udang windu ditargetkan akan mencapai pasar Eropa pada tahun ini.

Bupati Tojo Una-una juga menyebutkan bahwa kehadiran BMKG sangat penting untuk kabupaten Tojo Una-Una dimana wilayahnya sedang membangun tata ruang wilayah guna mendukung kebijakan pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Rektor Universitas Muslim Maros menambahkan bahwa kerjasama dengan BMKG ini merupakan pengembangan sayap baru untuknya dan diharapkan program dari kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas SDM dan penelitian di bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika.

Gempabumi Terkini

  • 20 Mei 2024, 20:42:24 WIB
  • 4.6
  • 22 km
  • 7.69 LS - 106.42 BT
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →
  • Pusat gempa berada di laut 79 km BaratDaya Kabupaten Sukabumi
  • Dirasakan (Skala MMI): III Sindangbarang, III Nagrak, III Cibinong, III Cipamingkis, III Surade, III Jampang, II - III Cigaru, II-III Simpenan, II - III Kabupaten Sukabumi
  • Selengkapnya →

Siaran Pers

Punya Banyak Manfaat, BMKG Berbagi Praktik Baik Teknologi Modifikasi Cuaca dengan TunisiaBali (20 Mei 2024) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati. "Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kita (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana yang diakibatkannya dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Minggu (19/5). Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang disebabkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karenanya, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Ni�o tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan. Diterangkan Dwikorita, pada saat El Nino, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, maka kebakaran pun bisa terjadi. "Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80% pengurangan kebakaran hutan," ujarnya. Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menyampaikan bahwa BMKG telah melakukan cloud sheeding selama lima hari untuk menangani bencana hidrometeorologi banjir bandang dan banjir lahar hujan di Sumatra Barat. Sebanyak 15 ton garam disemai di wilayah Sumatra Barat untuk menahan intensitas hujan yang cukup tinggi dan berpotensi membawa material vulkanik sisa letusan Gunung Marapi. TMC dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi intensitas hujan di lereng Gunung Marapi dan memudahkan pencarian korban hilang. Seto menegaskan bahwa TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia karena membantu produksi pertanian di daerah kering. Oleh karenanya usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif. Sementara itu, Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG dalam melakukan TMC. Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita, Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Dan oleh karenanya, dengan kunjungan ke Indonesia, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif. Saat ini untuk menanggulangi persoalan tersebut Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Juga sedang mencoba memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan. "Dan solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama," pungkasnya. (*) Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Instagram : @infoBMKG Twitter : @infoBMKG @InfoHumasBMKG Facebook : InfoBMKG Youtube : infoBMKG Tiktok : infoBMKG

  • 20 Mei 2024